DM adalah suatu kelompok penyakit
metabolic dengan karakter hipoglikemia karena ada kelainan pada sekresi dan
kerja insulin.
Secara epidemiologic, DM
seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onsetnya adalah 7 tahun sebelum
diagnosa dapat dtegakkan.
Factor resiko DM adalah
bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lama obesitas, distribusi lemak
tubuh, kurang aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia.
Diagnosis
Untuk diagnosis pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan beban darah
plasma vena.
Pemeriksaan penunjang dilakukan
pada mereka yang :
-
usia 45 tahun
-
BB lebih BBR >10% BB idaman/IMT
>23 kg/m2
-
Hipertensi (> atau = 140/90 mmHg)
-
Riwayat DM pada keturunan
-
Riwayat abortus berulang,
melahirkan bayi cacat/BB lahir bayi >4000gr
-
Kolesterol HDL < atau = 35
mg/dl atau trigliserida > atau = 250 mg/dl
Pada kelompok resiko tinggi yang
hasil pemeriksaan penyaring negative, pemeriksaan penyaring ulang dilakukan
tiap tahun. Pada mereka yang usia > 45 tahun tanpa factor resiko,
pemeriksaan penyaring tiap 3 tahun.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan
Puasa
|
|
Bukan DM
|
BelumPasti DM
|
DM
|
Kadar glukosa darah sewaktu
|
Plasma vena
|
<110
|
110-199
|
> atau = 200
|
Darah kapiler
|
<90
|
90-199
|
> atau = 200
|
|
Kadar gulosa darah puasa
|
Plasma vena
|
<110
|
110-125
|
> atau = 126
|
Darah Kapiler
|
<90
|
90-109
|
> atau = 110
|
Langkah-langkah untuk menegakkan
diagnosa DM
Diagnosa klinik DM perlu
dipikirkan adanya poliuria, polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak diketahui sebabnya.
Bila ada keluhan khas ditambah
GDS > atau = 200 diagnosa DM dapat ditegakkan.
Demikian pula dengan bila
didapatkan :
- Kadar glukosa puasa > atau =
126 mg/dl
- Kadar glukosa sewaktu > atau
= 200 mg/dl
- Hasil TTGO didapat kadar
glukosa darah pasca pembebanan > atau = 200 mg/dl
Bila ada TTGO dan GD 2 jam pasca
pembedahan : > atau = 200 berarti DM.
140-199 berarti TGT
<140
berati normal.
Klasifikasi Etiologis Diabetes
Melitus
I.
Diabetes Melitus tipe 1
Destruksi sel
beta umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolute, melalui proses imunologik
dan idiopatik.
II. Diabetes Melitus tipe 2
Bervariasi
mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relative
sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin.
III. Diabetes Melitus
tipe lain
A. defek genetic
fungsi sel beta :
- kromosom
12 HNF 1a
- kromosom 7, glukokinase
- kromosom
20 HNF 4 a
- kromosom
13, insulin promoter factor 1
- kromosom
17 HNF 1b
- kromosom 2
neuro D
- DNA
mitokondria
B. defek genetic kerja
insulin : resistensi insulin tipe A, leprecahunism, sindrom Rabson Medenhall,
diabetes lipoatrofik
C. Penyakit
eksokrin pancreas : pankreatitis, trauma pancreas, neoplasma, fibrosis kistik
pankreatopati, fibrokalkulus.
D. Endokrinopati
: akromegali, sindrom cushing, feokromatositoma, hipertiroidisme,
aldosteronoma.
E. Obat/zat kimia : Asam nicotinat, hormone
tiroid dan glukokortikoid.
F. Infeksi : rubella congenital dan CMV
G. Imunologi :
sindrom anti reseptor insulin
H. Sindrom genetic
lainnya
IV Diabetes Kehamilan.
Cara Diagnosa
Dini Komplikasi Kronik Diabetes Melitus
1. Pada
Retinopati
Ada beberapa cara memeriksa retina :
-
Cara langsung dengan memanfaatkan
oftalmoskop standard
-
Oftalmoscop Indirek dengan Slit
lamp
-
Fotografi retina
-
Kelainan yang ada pada retina
sangat bervariasi. Beberapa penyakit perlu rujukan dokter mata.
-
Rujukan harus sesegera mungkin :
retinopati proliferatif, pendarahan viterus dan retinopati lanjut.
-
Rujukan sedini mungkin :
makulopati. Menurunnya tajam penglihatan lebih dari 2 baris
-
Rujukan rutin : katarak,
retinopati diabetic non proliferatif
2. Nefropati
Kelainan
yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya mikroalbuminuria
dan berkembang menjadi proteinuria secara klinis berlanjut dengan penurunan
fungsi laju filtrasi glomerulus dan berakhir dengan gagal ginjal yang
memerlukan pengobatan substitusi. Pemeriksaan untuk mencari mikroalbuminuria
sebaiknya dilakukan pada saat diagnosa DM ditegakkan dan setelah itu diulang
dalam tiap tahun. Penilaian terhadap mikroalbuminuria harus dilakukan secara
cermat dan harus diulang beberapa kali untuk memberikan keyakinan yang besar.
Penyandang
DM dengan laju filtrasi glomerulus atau bersihan kreatinin <30 ml/menit
sebaiknya dirujuk ke dokter penyakit ginjal.
3. Penyakit
Pembuluh darah perifer
Mengenali
dan mengelola berbagai factor terkait terjadinya kaki diabetesdan ulkus
diabetes penting untuk diperhatikan.
Strategi
Pengelolaan Berbagai Komplikasi Kronik DM
1.pengendalian
kadar glukosa
2.tekanan darah
3.pengendalian
lipid
4.pola hidup
sehat
5.pengaturan
makan
Cara
Khusus Pencegahan dan Pengelolaan Komplikasi Kronik DM
1.pada retinopati
pengobatan
koagulasi dengan sinar laser terbukti dapat bermanfaat mencegah perburukan
retina lebih lanjut yang kemudian mungkin akan mengancam mata. Fotokoagulasi
dapat dikerjakan secara panretina. Tindakan lain yang mungkin dilakukan adalah
vitrectomi
2.Nefropati
Hemodialisa
dan dialysis peritoneal.
3.Penyakit pembuluh darah koroner
Tindakan
melebarkan pembuluh darah koroner dengan peniupan balon dan pemasangan
gorong-gorong banyak dikerjakan saat ini. Tindakan operasi pintas jantung dapat
juga memperbaiki fungsi jantung.
DM DALAM
PEMBEDAHAN
Pengendaliam
metabolisme dalam pembedahan :
-
yang memerlukan insulin
-
semua pasien yang menggunakan
insulin sebelum pembedahan perlu meneruskan insulin selama tindakan
-
pasien DM tipe 2 dengan diet dan
OHO dan glukosa darah puasa >180mg/dl, HbABC >10%
-
yang kadang-kadang perlu insulin.
Pasien DM tipe 2 dengan diet dan OHO, glukosa darah puasa < atau =180 mg/dl,
Hb AIC < atau = 10% lama pembedahan < 2jam ruang tubuh tidak
diperbolehkan dibuka, boleh makan sesudah operasi.
Metformin harus dihentikan 2-3 hari sebelum pembedahan
untuk mencegah asidosis laktat dan dapat digantikan dengan sulfonylurea
sementara.
No comments:
Post a Comment