Tingkat keparahan respons inflamasi, penyebab spesifiknya, dan jaringan
khusus yang terlibat, semuanya dapat mengubah gambaran morfologi dasar
inflamasi akut dan kronik.
Inflamasi Serosa
Radang ini ditandai dengan keluarnya cairan yang berair dan relatif sedikit
protein (Efusi). Lepuh pada kulit yang
berasal infeksi karena luka bakar atau virus merupakan contoh yang baik dari
efusi serosa, yang terakumulasi di dalam ataupun serta merta di bawah epidermis
kulit.
Inflamasi Fibrinosa
Radang ini terjadi akibat jejas yang lebih berat, yang dengan permeabilitas
vaskular yang lebih besar memungkinkan molekul yang lebih besar (khususnya Fibrinogen) dapat melewati barier endotel.
Inflamasi Supurativa (Purulen)
Radang ini terlihat dengan adanya sejumlah besar Eksudat
Purulen (Pus) yang terdiri ats neutrofil, sel nekrotik, dan cairan
edema. Organisme tertentu (misalnya, Stafilokokus)
lebih mungkin untuk menginduksi supurasi terlokalisasi ini sehingga disebut
sebagai Piogenik. Asbes merupakan sekumpulan
pus fokal yang dapat disebabkan oleh penyemaian organisme piogenik yang dalam
ke dalam jaringan atau oleh infeksi sekunder fokus nekrotik.
Ulserasi
Ulserasi menunjukkan tempat inflamasi yang permukaan epitelnya (kulit,
epitel gaster, mukosa kolon, epitel vesika urinaria) telah menjadi nekrotik dan
terkikis, sering kali karena inflamasi akut dan inflamasi kronik subepitel.
Dapat terjadi karena cedera toksik atau cedera traumatik pada permukaan epitel
atau mungkin akibat gangguan vaskular
Efek Sistemik Inflamasi
Demam hanya salah satu dari berbagai efek sistemik inflamasi yang lebih
nyata; efek lainnya, yaitu Peningkatan Somnolen,
Malaise, Anoreksia,
Degradasi Protein Otot Skelet yang
dipercepat, Hipotensi, Sintesis Hepatik berbagai protein (misalnya,
protein komplemen dan protein koagulasi), dan Perubahan
Pool Leukosit dalam sirkulasi.
Leukositosis (peningkatan leukosit) merupakan gambaran umum reaksi radang, khususnya
yang diinduksi oleh infeksi bakteri. Leukosit dapat melonjak yang disebut juga Reaksi Leukomoid.
Sebagian besar infeksi bakteri menginduksi peningkatan Sel Polimorfonuklear (Neutrofilia)
yang relatif selektif, sementara infeksi parasit (dan juga respons alergi)
secara khusus akan menginduksi Eosinofilia.
Virus tertentu, seperti mononukleosis infeksiosa, gondongan (mumps), dan
rubela, menimbulkan peningkatan selektif pada limfosit (Limfositosis). Namun demikian, sebagian besar infeksi virus, riketsia,
protozoa, serta jenis infeksi bakteri tertentu (demam tifoid), disertai dengan
penurunan jumlah leukosit dalam sirkulasi (Leukopeni).
Leukopeni juga ditemukan pada infeksi yang sangat banyak terdapat pada pasien
yang tidak berdaya akibat, misalnya, kanker yang menyebar.
Perubahan yang diinduksi oleh upaya tubuh untuk menyembuhkan kerusakan,
yaitu suatu proses Perbaikan. Perbaikan
mulai terjadi hampir segera setelah dimulainya perubahan peradangan dan
mencakup beberapa proses, yaitu proliferasi, diferensiasi, dan deposisi matriks
ekstraselular.
Reference:
Robbins, Kumar and Cotran. 2007. Buku ajar Patologi. Jakarta. EGC (Penerbit
Buku Kedokteran)
No comments:
Post a Comment