Inflamasi akut adalah radang yang berlangsung relatif singkat, dan ditandai
dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi Leukosit Neutrofilik yang menonjol.
Karena dirancang untuk pengiriman leukosit ke tempat jejas, sesampainya
leukosit tersebut pada lokasi jejas, leukosit akan membersihkan setiap mikroba
yang menginvasi dan memulai proses penguraian jaringan nekrotik. Proses ini
memiliki 2 komponen utama, yaitu:
- Perubahan
Vaskular
Perubahan dalam kaliber pembuluh darah yang
mengakibatkan peningkatan aliran darah (vasodilatasi) dan perubahan struktural
yang memungkinkan protein plasma untuk meninggalkan sirkulasi (peningkatan
permeabilitas vaskular)
- Rekrutmen
Sel
Berbagai kejadian yang terjadi pada sel; Emigrasi Leukosit dari mikrosirkulasi dan
akumulasinya di fokus jejas.
Perubahan vaskular dan rekrutmen sel menentukan 3 dari 5 tanda lokal klasik
inflamasi akut: Panas (Kalor), Merah (Rubor), dan Pembengkakan
(Tumor). 2 gambaran kardinal tambahan pada inflamasi akut, yaitu Nyeri (Dolor) dan Hilangnya
Fungsi (Functio Laesa), terjadi akibat perluasan media dan kerusakan
yang diperantai leukosit.
Perubahan Vaskular
Tahapan-tahapan perubahan vaskular adalah sebagai berikut:
Ó Setelah vasokonstriksi sementara, terjadi
vasodilatasi arteriol, yang mengakibatkan peningkatan aliran darah dan
penyumbatan lokal (Hiperemia) pada aliran
darah kapiler selanjutnya. Pelebaran pembuluh darah ini merupakan penyebab
timbulnya warna merah (Eritema) dan hangat yang secara khas terlihat pada
inflamasi akut.
Ó Selanjutnya, mikrovaskulatur menjadi lebih
permeabel, mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke dalam jaringan
ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi lebih
terkonsentrasi dengan baik sehingga meningkatkan viskositas darah dan
memperlambat sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini digambarkan oleh
dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang dipadati oleh eritrosit.
Proses tersebut dinamakan Stasis.
Ó Saat terjadi stasis, leukosit (terutama
neutrofil) mulai keluar dari aliran darah dan berakumulasi di sepanjang permukaan
endotel pembuluh darah. Proses ini disebut dengan Marginasi.
Setelah melekat pada sel endotel, leukosit menyelip di antara sel endotel
tersebut dan bermigrasi melewati dinding pembuluh darah menuju jaringan
interstisial.
Peningkatan Permeabilitas Vaskular
Vasodilatasi arteriol dan aliran darah yang bertambah meningkatkan tekanan
hidrostatik intravaskular dan pergerakan cairan Transudat
(ultrafiltrat plasma darah dan
mengandung sedikit protein) dari kapiler. Namun demikian transudasi segera
menghilang dengan meningkatnya permeabilitas vaskular yang memungkinkan pergerakan
cairan kaya protein, bahkan sel ke dalam Interstisium
(disebut Eksudat). Hilangnya cairan kaya protein ke dalam ruang
perivaskular menurunkan tekanan osmotik intravaskular dan meningkatkan tekanan
osmotik cairan interstisial. Hasilnya adalah mengalirnya air dan ion ke dalam
jaringan ekstravaskular; akumulasi cairan ini dinamakan Edema.
Inflamasi akut menyebabkan kebocoran selapis endotel melalui sejumlah cara,
yaitu:
-. Kontraksi sel endotel menimbulkan intercellular gap pada venula,
merupakan suatu proses reversibel yang dihasilkan oleh Histamin,
Bradikinin, Leukotrien,
dan banyak kelompok mediator kimiawi lainnya.
Hal ini disebut Respons Segera Sementara
(Immediate Transient Response). Hanya sel endotel yang melapisi venula
pascakapiler kecil yang mengalami kontraksi; endotel kapiler dan arteriol tidak
mengalami hal tersebut, barangkali akibat jumlah reseptor untuk mediator
kimiawi yang sesuai lebih sedikit.
Retraksi sel endotel merupakan mekanisme reversibel lain yang menimbulkan
peningkatan permeabilitas veaskular. Mediator Sitokin
(yaitu Tumor Necrosis Factor [TNF] dan Interleukin
1 [IL-1] menyebabkan reorganisasi struktural pada sitoskeleton endotel
sehingga sel yang mengalami retraksi satu sama lain dan cell-junction menjadi
terganggu, berlawanan dengan respons segera sementara.
-. Jejas endotel langsung akan mengakibatkan kebocoran vaskular dengan
menyebabkan nekrosis dan lepasnya sel endotel. Efek ini biasanya terlihat setelah
cedera berat (misalnya, luka bakar atau infeksi), dan lepasnya sel endotel
sering kali disertai dengan adhesi trombosit dan trombosis.
Reaksi ini dikenal dengan Immediate Sustained
Response. Venula, kapiler, dan arteriol semuanya dapat mengalami hal ini,
bergantung pada tempat jejas.
-. Jejas endotel yang bergantung
leukosit dapat terjadi akibat akumulasi leukosit selama respons inflamasi
terjadi. Bentuk cedera ini sebagian besar terjadi secara terbatas di
tempat-tempat pembuluh darah yang leukositnya dapat melekat pada endotel.
-. Peningkatan Transitosis melalui jalur
vesikular intrasel meningkatkan permeabilitas venula, khususnya setelah pejanan
terhadap mediator tertentu (misalnya Vascular
Endothelial Growth Factor [VEGF]). Transitosis terjadi dengan melintasi
kanal-kanal yang dibentuk oleh fusi vesikel yang tanpa selubung.
-. Kebocoran dari pembuluh darah baru. Pada perbaikan jaringan terjadi
pembentukan pembuluh darah baru (Angiogenesis).
Bakal pembuluh darah masih bocor sampai sel endotel yang mengalami proliferasi
berdiferensiasi secara memadai untuk membentuk intercellular juction.
Walaupun mekanisme di atas dapat dipisahkan, semuanya dapat berperan serta
pada keadaan adanya rangsangan khusus.
Berbagai Peristiwa yang Terjadi pada sel
Urutan kejadian
ekstravasasi leukosit dari lumen pembuluh darah ke ruang ekstravaskular dibagi
menjadi:
- Marginasi
dan Rolling
Saat darah mengalir dari kapiler menuju venula
pascakapiler, sel dalam sirkulasi dibersihkan oleh aliran laminar melawan
dinding pembuluh darah. Leukosit terdorong dari sumbu ventral pembuluh darah,
tempat leukosit biasanya mengalir, sehingga leukosit mempunyai kesempatan lebih
baikuntuk berinteraksi dengan sel endotel yang melapisinya.
Proses akumulasi di tepi pembuluh darah ini
disebut Marginasi. Selanjutnya, leukosit
yang berguling-guling pada permukaan endotel, untuk sementara melekat di
sepanjang perjalanannya itu. Proses ini dinamakan Rolling.
Adhesi sementara dan relatif longgar yang terlibat
dalam proses rolling, dilakukan oleh kelompok molekul Selektin.
Selektin merupakan reseptor yang dikeluarkan pada leukosit dan endotel dan
ditandai dengan adanya daerah ekstrasel yang mengikat gula tertentu.
- Adhesi
dan Transmigrasi
Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan
endotel (Adhesi) sebelum merayap di antara
sel endotel dan melewati membran basalis masuk ke ruang ekstravaskular (Diapedesis). Adhesi kuat ini diperantarai oleh
molekul Superfamili Imunoglobin pada sel
endotel yanng berinteraksi dengan Integrin yang
muncul pada permukaan sel leukosit.
Setelah adhesi kuat terjadi pada permukaan
endotel, leukosit bertransmigrasi terutama dengan merembes di antara sel pada
intercellular junction. Suatu molekul adhesi sel-ke-sel superfamili
imunoglobin, merupakan protein yang dominan dalam memrantarai proses ini.
Setelah melintasi endothelial junction, leukosit menembus membran basalis
dnegan mendegradasinya secara fokal menggunakan kolagenase yang disekresi.
Sebagai ringkasan, berbagai peristiwa dalam
rekrutmen leukosit pada suatu tempat radang, yaitu (1) Aktivasi
Endotel, meningkatkan pengeluaran selektin dan ligan selektin; (2) Rolling Leukosit, difasilitasi oleh ikatan
selektin pada ligan karbohidrat yang relatif longgar; (3) Adhesi Kuat, difasilitasi oleh perubahan afinitas
integrin terhadap ligan endotel yang diinduksi Kemokin;
dan (4) Transmigrasi antarsel endotel dengan
memanfaatkan interaksi Platelet Endothelial Cell
Adhesion Molecule 1 (PECAM-1).
Neutrofil, monosit, eosinofil, dan berbagai jenis
limfosit menggunakan molekul yang berbeda, namun saling tumpang tindih, untuk
rolling dan adhesi. Jenis leukosit yang direkrut tergantung pada sifat rangsang
yang menyerang dan usia tempat peradangan.
- Kemotaksis
dan Aktivasi
Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit
bermigrasi menuju tempat jejas mendekati gradien kimiawi pada suatu proses yang
disebut Kemotaksis. Kedua zat eksogen dan
endogen dapat bersifat kemotaktik terhadap leukosit. Molekul kemotaksis
berikatan pada reseptor permukaan sel spesifik sehingga menyebabkan aktivasi Fosfolipase-C yang diperatarai Protein G; fosfolipase C menghidrolisis Fosfatidilinositol Bifosfat (PIP2) membran plasma
menjadi Diasilgliserol (DAG) dan Inositol Trifosfat (IP3). Kemudian, DAG
menyebabkan sejumlah kejadian sekunder, sedangkan IP3 meningkatkan kalsium
intrasel, dengan pengeluaran dari retikulum endoplasma dan dengan influks
ekstrasel. Meningkatnya kalsium sitosol memicu perakitan elemen kontraktil
sitoskeletal yang diperlukan untuk pergerakan. Leukosit bergerak dengan
memperpanjang Pseudupodia yang berlabuh ke
matriks ekstraselular dan kemudian menarik sel ke arah perpanjangan tersebut.
Selain merangsang pergerakan, faktor kemotaksis
juga menginduksi respons leukosit lainnya, yang umumnya disebut sebagai Aktivasi Leukosit:
-. Degranulasi dan sekresi enzim lisosom, dan
terjadi pembakaran oksidatif melalui aktivasi Protein
Kinase C yang diinduksi oleh DAG
-. Produksi metabolit AA melalui aktivasi FosfolipaseA2 yang diinduksi oleh kalsium dan DAG
-. Modulasi molekul adhesi leukosit melalui
peningkatan kalsium intrasel, termasuk peningkatan (atau penurunan) jumlah dan
peningkatan (atau penurunan) afinitas
- Fagositosis
dan Degranulasi
Fagositosis dan elaborasi enzim degradatif
merupakan 2 manfaat utama dari adanya leukosit yang direkrut pada tempat
inflamasi. Fagositosis terdiri atas 3 langkah berbeda, tetapi saling terkait:
(1) Pengenalan dan Perlekatan partikel pada
leukosit yang menelan; (2) Penelanan, dengan
pembentukan vakuola fagositik selanjutnya; dan (3) Pembunuhan
dan degradasi material yang ditelan.
Pengenalan dan perlekatan leukosit pada sebagian
besar mikroorganisme difasilitasi oleh Protein
Serum yang secara umum disebut Opsonin,
dengan opsonin yang terpenting adalah molekul Imonoglobin
G (IgG).
Pengikatan partikel teropsonisasi memicu penelanan
(engulfment). Pada penelanan, pseudopodia diperpanjang mengelilingi objek,
sampai akhirnya membentuk vakuola fagositik. Membran vakuola kemudian berfusi
dengan membran granula lisosom, sehingga terjadi pengeluaran kandungan granula
masuk ke dalam Fagolisosom dan terjadi
degranulasi leukosit.
Langkah terakhir dalam fagositosis mikroba adalah
pembunuhan dan degradasi. Pembunuhan mikroba dilakukan sebagian besar oleh
spesies oksigen reaktif. Fagositosis merangsang suatu Pembakaran
Oksidatif yang ditandai dengan peningkatan konsumsioksigen yang
tiba-tiba, katabolisme glikogen (glikogenolisis), peningkatan oksidasi glukosa,
dan produksi metabolit oksigen reaktif. Pembentukan metabolit oksigen terjadi
karena aktivasi cepat suatu NADPH Oksidase Leukosit,
yang mengoksidasi NADPH (Nicotinamide Adenine
Dinucleotide Phosphate Terekduksi) dan, selama prosesnya, mengubah
oksigen menjadi Ion Superoksida (O2-).
Superoksida kemudian diubah melalui dismutasi
spontan menjadi Hidrogen Peroksida (H2O2).
Jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan pada umumnya tidak cukup untuk
membunuh dengan efektif sebagian besar bakteri, walaupun pembentukan
superoksida dan radikal hidroksil dapat cukup jumlahnya untuk melakukan hal
tersebut). Namun demikian, lisosom neutrofil (dinamakan Granula Azurofilik) mengandung enzim Mioloperoksidase
(MPO), dan dengan adanya halida seperti Cl-. MPO mengubah
H2O2 menjadi HOCl- (radikal
hipoklorat), merupakan oksidan dan anti mikroba yang sangat kuat yang membunuh
bakteri melalui halogenasi, atau dengan peroksidasi protein dan lipid.
Setelah pembakaran oksigen, akhirnya H2O2 terurai
menjadi air dan O2 oleh kerja katalase dan spesies oksigen reaktif lainnya juga
didegradasi. Mikroorganisme yang mati kemudian didegradasi oleh kerja hidrolase
asam lisosom.
Penting untuk diperhatikan bahwa bahkan saat tidak
terjadi pembakaran oksigen, unsur granula leukosit lainnya mempu membunuh
bakteri dan agen infeksius lainnya. Unsur tersebut, yaitu protein yang
meningkatkan permeabilitas bakterisidal (menyebabkan aktivasi fosfolipase dan
degradasi fosfolipid membran), Lisozim
(menyebabkan degradasi oligosakarida selubung bakteri), protein dasar utama
(unsur granula eosinofil yang penting dengan sitotoksisitas yang kuat terhadap
parasit), dan Defensin (peptida yang
membunuhmikroba dengan membentuk lubang di dalam membrannya).
Defek Pada Fungsi Leukosit
-. Defek Adhesi. Pada defisiensi adhesi leukosit
tipe 1 menimbulkan gangguan adhesi, penyebaran, fagositosis, dan pembakaran
oksidatif. Defisiensi adhesi leukosit 2 disebabkan oleh defek menyeluruh pada
metabolisme Fukosa yang mengakibatkan
hilangnya Sialil-Lewis X, epitop
oligisakarida pada leukosit yang berikatan dengan selektin pada endotel yang
teraktivasi.
-. Defek Aktivitas Mikrobasidial.
Contohnya adalah penyakit Granulomatosa Kronik,
suatu defisiensi genetik pada salah satu dari beberapa komponen NADPH oksidase
yang bertanggung jawab dalam pembentukan superoksida. Pada pasien ini,
pemangsaan bakteri tidak menyebabkan aktivasi mekanisme pembunuhan yang
bergantung oksigen, walaupun pada kenyataannya aktivitas MPO sel adalah normal.
-. Defek Pembentukan Fagolisosom. Salah
satu kelainannya adalah sindrom Chӗdiak- Higashi,
suatu penyakit resesif autosom akibat terganggunya organelle trafficking
intrasel, yang terutama menganggu degranulasi lisosom menjadi fagosom. Sekresi
granula sekretoris litik oleh Sel T Sitotoksin
juga terpengaruh, yang menjelaskan adanya imunodefisiensi berat pada kelainan
ini.
Mediator Kimiawi Inflamasi
Prinsip-prinsip umum mengenai beberapa molekul mediator kimiawi penting:
- Mediator
dapat bersirkulasi di dalam plasma (khususnya yang disintesis oleh hati),
atau dapat dihasilkan secara lokal oleh sel di tempat terjadinya
inflamasi.
- Sebagian
besar mediator menginduksi efeknya dengan berikatan pada reseptor spesifik
pada sel target. Namun demikian, beberapa mediator memiliki aktivitas
enzimatik langsung dan/atau aktivitas toksik (misalnya, protease lisosom
atau spesies oksigen reaktif.
- Mediator
dapat merangsang sel target untuk melepaskan molekul efektor sekunder.
Mediator sekunder ini dapat mempunyai bahan dengan molekul efektor
inisial, atau dapat juga berbeda sehingga bekerja untuk melakukan
kontraregulasi terhadap rangsang inisial.
- Mediator
hanya dapat bekerja pada satu atau sangat sedikit target, atau dapat
mempunyaiaktivotas luas; bisa terdapat perbedaan hasil yang sangat besar
bergantung pada jenis sel yang dipengaruhi.
- Fungsi
mediator umumnya diatur secara ketat, karena sebagian besar mediator
memiliki potensi untuk menyebabkan efek yang berbahaya.
Amina Vasoaktif
Berupa Histamin. Sebelum terbentuk,
histamin tersimpan di dalam granula Sel Mast
dan dilepaskan sebagai respons terhadap berbagai rangsangan: (1) Cedera Fisik; (2) Reaksi
Imun yang menyebabkan pengikatan antibodi IgE terhadap reseptor Fc pada
sel mast; (3) Fragmen C3a dan C5a Komplemen,
juga disebut Anafilatoksin; (4) Protein Pelepas Histamin yang berasal dari
leukosit; (5) Neuropeptida (misalnya,
substansi P); dan (6) Sitokin Tertentu
(misalnya IL-1 dan IL-8)
Histamin menyebabkan dilatasi arteriol dan merupakan mediator utama pada
peningkatan permebilitas vaskular fase cepat, yangmenginduksi kontraksi endotel
venula dan interendothelial gap. Segera setelah dilepaskan, histamin
diinaktivasi oleh histaminase.
Serotonin (5-Hidroksitriptamin) juga merupakan mediator vesoaktif praformasi,
yang berefek sama dengan histamin. Serotonin ditemukan terutaman di dalam
granula padat trombosit (bersama dengan histamin, adenosin difosfat, dan
kalsium) dan dilepaskan saat terjadi agregasi trombosit.
Neuropeptida
Seperti amina vasoaktif, neuropeptida dapat menginisiasi respons radang;
neuropeptida merupakan protein kecil, seperti Substansi
P, yang mentransmisikan sinyal nyeri, mengatur tonus pembuluh darah, dan
mengatur permeabilitas vaskular.
Protease Plasma
Banyak efek peradangan diperantarai oleh 4 faktor yang berasal dari plasma
yang saling terkait; Kinin, Sistem Pembekuan, Sistem
Fibrinolisis, dan Komplemen –semuanya
terkait dengan aktivasi inisial Faktor Hageman.
Faktor Hageman (Faktor XII pada Kaskade Koagulasi
Intrinsik) merupakan suatu protein yang disintesis oleh hati yang
bersirkulasi dalam bentuk inaktif sampai bertemu dengan kolagen, membran
basalis, atau trombosit yang teraktivasi (seperti pada tempat terjadinya cedera
endotel).
Faktor Hageman teraktivasi (Faktor XIIa) menginiasiasi keempat sistem
diatas dengan rincian:
(1) Sistem kinin, menghasilkan Kinin
Vasoaktif.
(2) Sistem Pembekuan, menginduksi aktivasi Trombin, Fibrinopeptida,
dan Faktor X, semuanya dengan bahan
peradangan.
(3) Sistem Fibrinolisis, menghasilkan Plasmin
dan mendegradasi trombin.
(4) Sistem Komplemen, menghasilkan anafilatoksin C3a dan C5a.
Bradikinin, C3a, dan C5a merupakan mediator utama pada peningkatan
permeabilitas vaskular.
C5a merupakan mediator utama kemotaksis.
Trombin memiliki efek yang bermakna pada banyak sel dan jalurnya (adhesi
leukosit, permeabilitas vaskular, dan kemotaksis).
Banyak produk yang dihasilkan oleh jalur ini (misal, Kalikrein dan Plasmin)
dapat memperkuat sistem melalui aktivasi umpan balik faktor Hageman.
Metabolit Asam Arakhidonat: Prostaglandin, Leukotrien,
dan Lipoksin
Merupakan produk yang dihasilkan oleh Metabolisme
AA (Eikosanoid).
AA merupakan suatu asam lemak tak jenuh ganda (Polyunsaturated
Fatty Acid) dengan 20 atom karbon (4 rantai ganda) yang terutama berasal
dari Asam Linoleat makanan dan terdapat di
dalam tubuh, terutama dalam bentuk ester sebagai suatu komponen fosfolipid
membran sel. AA dilepaskan dari fosfolipid ini melalui fosfolipase sel yang
telah diaktifkan oleh rangsang mekanik, kimiawi, atau fisik, atau oleh mediator
eradangan seperti C5a. Proses metabolisme AA terjadi melalui satu atau dua
jalur utama:
-. Sikooksigenase, yang menyintesis Prostaglandin dan Tromboksan;
dan
-. Lipoksigenase, yang menyintesis Leukotrien dan Lipoksin
Aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS), misalnya Ibuprofen, menghambat semua aktivitas
siklooksigenase di atasnya sehingga menghambat semua sintesis prostaglandin,
sehingga efektif dalam mengobati nyeri dan demam.
Faktor Pengangtivasi Trombosit ( PAF, Platelet-Activating
Factor)
Memiliki kemampuan mengangregasi trombosit dan menyebabkan degranulasi. PAF
merupakan mediator lain yang berasal dari fosfolipid dengan efek radang
berspektrum luas. Secara formal, PAF merupakan Asetil
Gliserol Eter Fosfokolin, yang dibentuk dan fosfolipid membran
neutrofil, monosit, basofil, endotel, dan trombosit (dan sel lainnya) oleh
kerja Fosfolipase A2.
Sitokin
Merupakan produk polipeptida dari banyak jenis sel, tetapi pada dasarnya
merupakan limfosit dan makrofag yang teraktivasi, yang melakukan fungsi jenis
sel lainnya, termasuk (1) Faktor Perangsang Koloni,
yang mengatur pertumbuhan sel prekursor sumsum imatur; (2) banyak Faktor Pertumbuhan Klasik, Interleukin. Sekresinya dirangsang oleh endotoksin, kompleks
imun, toksin, cedera fisik, atau berbagai mediator peradangan; dan (3) Kemokin, suatu protein kecil yang merangsang
terjadinya adhesi leukosit serta pergerakan terarah (Kemotaksis).
Sitokin dihasilkan selama terjadi respons radang dan imun; sekresinya
bersifat sementara dan diatur secara ketat.
Nitrit Oksida (NO) & Radikal Bebas dari Oksigen
NO adalah gas radikal bebas yang mudah larut dan berumur pendek yang
dihasilkan oleh berbagai sel dan mampu memerantarai beberapa fungsi efektor
yang membingungkan.
Makrofag menggunakannya sebagai metabolit sitotoksik untuk membunuh mikroba
dan sel tumor.
NO banyak berperan dalam inflamasi, yaitu:
-. Relaksasi otot polos pembuluh darah (Vasodilatasi)
-. Antagonisme semua tahap aktivasi trombosit (adhesi, agregasi, dan degranulasi)
-. Penurunan rekrutmen leukosit pada tempat radang
-. Berperan sebagai agen mikrobisidal (dengan atau tanpa radikal
superoksida) pada makrofag taraktivasi.
Radikal bebas yang berasal dari oksigen disintesis melalui jalur NADPH
oksidase dan dilepaskan dari neutrofil dan makrofag setelah perangsangan oleh
agen kemotaktik, kompleks imun, atau agen fagositik.
Pada kadar rendah, spesies oksigen reaktif ini dapat meningkatkan
pengeluaran kemokin, sitokin, dan molekul adhesi.
Pada tingkat yang lebih tinggi, molekul berumur pendek ini terlibat dalam
berbagai mekanisme cedera jaringan, yang meliputi:
-. Kerusakan endotel, disertai trombosis dan peningkatan permeabilitas
-. Aktivasi protease dan inaktivasi antiprotease, disertai peningkatan
bersih pemecahan matriks ekstraselular
-. Jejas langsung pada jenis sel lainnya (misalnya, sel tumor, eritrosit,
sel parenkim).
Unsur Pokok Lisosom
Granula lisosom neutrofil dan monosit mengandung banyak molekul yang dapat
memerantarai inflamasi akut.
Efek Inflamasi Dan Mediator Utamanya
- Vasodilatasi : Prostaglandin dan NO
- Peningkatan Permeabilitas Vaskular : Amin Vasoaktif
(Histamin & Serotonin), C3a & C5a (dengan menginduksi pelepasan
amin vasoaktif), Bradikinin, Leukotrien C4, D4,
E4, dan PAF
- Kemotaksis, Aktivasi Leukosit : C5a,
Leukotrien B4, Produk
Bakteri, dan Kemokin (misalnya
IL-8)
- Demam : IL-1, IL-6,
Faktor Nekrosis Tumor, dan Prostaglandin
- Nyeri : Prostaglandin dan Bradikinin
- Kerusakan Jaringan :
Enzim Lisosom Neutrofil dan Makrofag, Metabolit
Oksigen, dan NO
Akibat Inflamasi Akut
Pada umumnya inflamasi akut memiliki 3 akibat:
(1) Resolusi
Jika cedera bersifat terbatas atau berlangsung
singkat, tidak terdapat kerusakan jaringan ataupun terdapat kerusakan kecil,
dan jika jaringan mampu mengganti setiap sel yang cedera secara ireversibel.
(2) Pembentukan Jaringan Parut
(Scarring) atau Fibrosis
Terjadi setelah destruksi jaringan yang
substansial atau ketika inflamasi pada jaringan yang tidak beregenerasi.
(3) Kemajuan ke arah Inflamasi
Kronik
No comments:
Post a Comment