Pasien dalam episode kekerasan tidak
memperhatikan campur tangan rasional dari orang lain dan kemungkinan tidak
mendengarkan mereka. Jika memiliki senjata, pasien tersebut secara khusus
berbahaya dan mampu untuk membunuh. Pasien tersebut harus dilucuti senjatanya
dan kalau bisa tanpa membahayakan pasien
tersebut. Hal ini sebaiknya dilakukan oleh aparat keamanan yang terlatih.
Pasien
harus ditempatkan dalam lingkungan yang aman. Beberapa pasien perlu
dipindahkan ke unit forensik karena beratnya potensi kekerasan mereka. Medikasi
yang spesifik diberikan jika diindikasikan, kecuali diperlukan tindakan non
spesifik untuk memodifikasi perilaku sampai penyebabanya dipastikan dan terapi
psesifik dimulai.
Pemakaian medikasi adalah dikontraindikasikan
pasien yang teragitasi akut yang menderita cidera kepala, karena medikasi dapat
membingungkan gambaran klinis. Pada umumnya, haloperidol intramuskular (IM)
adalah salah satu terapi gawat darurat yang paling bermanfaat untuk pasien
psikotik yang melakukan kekerasan.
Terapi elektrokonvulsif (ECT) juga telah
digunakan dalam ruang gawat darurat untuk mengendalikan kekerasan psikotik.
Satu atau beberapa kali ECT dalam beberapa jam biasanya mengakhiri suatu
episode kekerasan psikotik.
PSIKOTERAPI
Dalam intervensi psikiatrik gawat
darurat, semua usaha dilakukan untuk membantu pasien mempertahankan harga
dirinya. Empati adalah penting untuk penyembuhan pasien psikiatrik. Pengetahuan
yang diperlukan adalah bagaimana biogenetik, situasional, perkembangan dan
eksistensial berkumpul pada satu titik dalam riwayat penyakit untuk menciptakan
kegawat daruratan psikiatrik adalah seruppa untuk kematangan keterampilan pada
dokter psikiatrik.
Untuk keadaan kegawt daruratan
psikiatri, diperlukan lebih dari satu orang psikiater. Dan tidak ada prosedur
yang baku untuk setiap orang, karena masing-masing orang memiliki kerentanan
yang berbeda dan proses psikoterapi yang berbeda.
FARMAKOTERAPI
Indikasi utama untuk pemakaian medikasi
psikotropik diruang gawat darurat adalah perilaku kekekrasan atau menyerang,
kecemasan atau panik yang masif, dan reaksi ekstrapiramidalis, seperti distonia
dan akathisia sebagai efek samping dari obat psikiatrik. Suatu bentuk yang
jarang dari distonia adalah laringospame, dan dokter psikiatrik harus siap
untuk mempertahankan jalan nafas yang terbuka dengan intubasi jika diperlukan.
Orang yang paranoid atau dalam keadaan
luapan katatonik memerlukan trankuilisasi. Ledakan kekerasan yang episodik
berespon terhadap lithium (Eskalith), penghambat-beta, dan carbamazepine
(Tegretol). Jika riwayat penyakit mengarahkan suatu gangguan kejang, penelitian
klinis dilakukan untuk menegakkan diagnosis, dan suatu pemeriksaan dilakukan
untuk memastikan penyebabnya. Jika temuan adalah positif, antikonvulsan adalah
dimulai, atau dilakukan pembedahan yang sesuai (sebagai contohnya, pada massa
serebral). Untuk intoksikasi akibat zat rekreasional, dilakukan tindakan
konservatif mungkin adekuat. Pada beberapa keadaan, obat-obat seperti
thiothixene (Navane) dan Haloperidol (Haldol), 5-10 mg setiap setengah sampai
satu jam diperlukan sampai pasien distabilkan. Benzodiazepine digunakan sebagai
pengganti atau sebagai tambahan antipsikotik (untuk menurunkan dosis
antipsikotik). Jika obat reaksional memiliki sifat antikolinergik yang kuat,
maka benzodiazepine lebih tepat dibandingkan antipsikotik. Orang dengan respon
alergik atau menyimpang terhadap antipsikotik atau benzodiazepine diobati
dengan sodium amobarbital (Amytal) (sebagai contohnya, 130 mg oral atau IM),
paraldehyde, atau diphenhydramine (Benadril, 50 sampai 100 mg oral atau IM).
Pasien yang melakukan kekerasan dan
melawan paling efektif ditenangkan dengan sedatif atau antipsikotik yang
sesuai. Diazepam (Valium), 5-10 mg, atau lorazepam (Ativan), 2-4 mg, dapat diberikan
intravena (IV) perlahan-lahan sampai 2 menit. Klinisi harus memberikan medikasi
IV dengan sangat berhati-hati, sehingga henti pernafasan tidak terjadi. Pasien
yang memerlukan medikasi IM dapat disedasi dengan haloperidol, 5-10 mg IM, atau
dengan chlorpromazine (Thorazine), 25 mg IM. Jika kemarahan disebabkan oleh
alkohol atau sebagai bagian dari gangguan psikomotor pascakejang, tidur yang
ditimbulkan oleh medikasi IV dengan jumlah relatif kecil dapat berlangsung
selama berjam-jam. Saat terjaga, pasien seringkali sepenuhnya terjaga dan
rasonal dan biasanya memiliki amnesia lengkap untuk episode kekerasan.
Jika kemarahan adalah bagian dari proses
psikotik yang sedang berlangsung dan kembali setelah medikasi IV menghilang,
medikasi kontinu dapat diberikan. Kadang-kadang lebih baik menggunakan dosis IM
atau oral kecil dengan interval ½ sampai 1 jam–sebagai contohnya, Haloperidol
2-5 mg, diazepam 10 mg–sampai pasien terkendali dibandingkan dengan menggunakan
dosis besar pada awalnya dan menghentikannya dengan pasien yang mengalami
overmedikasi. Saat perilaku pasien yang terganggu telah dikendalikan, dosis
yang semakin kecil dan lebih jarang dapat diberikan. Selama terapi pendahuluan,
tekanan darah pasien dan tanda vital lainnya harus dimonitor.
Transkuilisasi
cepat. Medikasi antipsikotik dapat diberikan dalam cara
cepat dengan interval 30-60 menit untuk mencapai hasil terapetik yang secepat
mungkin. Prosedur ini bermanfaat bagi pasien yang teragitasi dan pasien yang
dalam keadaan tereksitasi. Obat yang dipilih untuk trankuilisasi cepat adalah
haloperidol dan antipsikotik potensi tinggi lainnya. Pada orang dewasa 5-10 mg
Haloperidol peroral atau IM dan diulangi dalam 20-30 menit sampai pasien
menjadi tenang. Beberapa pasien mungkin mengalami gejala ekstrapiramidal ringan
dalam 24 jan pertama setelah transkuilisasi cepat. Walaupun keadaan ini jarang,
tetapi dokter psikiatri harus bisa mengatasinya. Dan keadaan ini biasanya
terjadi sebelum diberikan dosis total 50 mg. Tujuan dari pemberian ini bukanlah
untuk proses sedasi atau somnolensi. Tetapi agar pasien mampu bekerja sama
dalam proses pemeriksaan dan dapat memeberikan penjelasan tentang perilaku
teragitasi. Pasien yang teragitasi atau panik dapat diobati dengan dosis kecil
lorazepam, 2-4 mg IV atau IM yang dapat diulangi jika diperlukan dalam 20-30
menit sampai pasien ditenagkan
Kegawatan ekstrapiramidal berespon
terhadap benztropine (Cogetin) 2 mg peroral atau IM, atau diphenhydramine 50 mg
IM atau IV. Beberapa pasien berespon terhadap diazepam 5-10 mg peroral atu IV.
PENGIKATAN
Pengikatan digunakan
jika pasien sangat berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain karena
memiliki ancaman yang sangat parah yang tidak dapat dikendalikan dengan cara
lain. Pasien dapat diikat secara sementara untuk mendapatkan medikasi atau
untuk periode yang lama jika medikasi tidak dapat digunakan. Paling sering,
pasien yang diikat menjadi tenang setelah beberapa waktu. Pada tingkat
psikodinamika, pasien tersebut mungkin menerima pengendalian impuls yang
diberikan oleh pengikatan.
No comments:
Post a Comment