Osteomielitis
adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan
lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi ,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru
disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis
yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas.
Osteomielitis
akut terutama ditemukan pada anak-anak. Umumnya infeksi pada tulang panjang dimulai
pada metafisis. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia
bagian proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta
vertebra. Penyebab paling sering staphylococcus, penyebab lain streptococcus,
pneumococcus, salmonella, jamur, dan virus.
Infeksi dapat terjadi secara :
1.
Hematogen, dari
fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
2.
Kontaminasi dari
luar yaitu fraktur terbuka dan tindakan operasi pada tulang
3.
Perluasan infeksi
jaringan ke tulang di dekatnya
Osteomielitis kronis terjadi bila
pengobatan terhadap infeksi terlambat atau tidak adekuat, atau bila ada squester.
Terdapat osteomielitis yang kronis sejak dari permulaannya, misalnya pada abses
Brodie. Awitan
Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah
salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau
3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan
jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke
bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses
tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat
keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak.
Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis.
Osteomielitis pada tulang
panjang
Kuman biasanya bersarang dalam spongiosa
metafisis dan membentuk pus sehingga timbul abses atau beberapa abses kecil.
Pus menjalar kearah diafisis dan korteks, mengangkat periosteum dan
kadang-kadang menembusnya. Pus meluas di bawah periosteum dan pada
tempat-tempat tertentu membentuk fokus sekunder. Nekrosis tulang yang timbul
dapat luas dan terbentuk sekwester. Bila arteri nutrisia mengalami trombosis,
maka dapat menimbulkan sekwestrasi tulang yang luas. Periosteum yang terangkat
oleh pus kemudian akan membentuk tulang di bawahnya, yang dikenal sebagai
reaksi periosteal. Juga di dalam tulang itu sendiri dibentuk tulang baru, baik
pada trabekula maupun korteks, sehingga tulang terlihat lebih opak dan dikenal
sebagai sklerosis. Tulang yang dibentuk di bawah periosteum ini membentuk bungkus
bagi tulang yang lama dan disebut involukrum. Involukrum ini pada berbagai
tempat terdapat lubang tempat pus keluar, yang disebut kloaka.
Osteomielitis pada vertebra
Kelainan ini lebih sulit untuk
didiagnosis. Biasanya ada demam, rasa sakit pada tulang clan spasme otot.
Proses lebih sering menge nai korpus vertebra clan dapat timbul sebagai
komplikasi infeksi saluran kencing clan operasi panggul. Pada stadium awal tanda-tanda
destruksi tulang yang menonjol, selanjutnya terjadi pembentukan tulang baru
yang terlihat se bagai sklerosis. Lesi dapat bermula di bagian sentral atau
tepi korpus vertebra.
Pada lesi yang bermula di tepi korpus
vertebra, diskus cepat mengalami destruksi dan sela diskus akan menyempit.
Dapat tirnbul abses paravertebral yang terlihat sebagai bayangan berdensitas
jaringan lunak sekitar lesi. Di daerah torakal, abses ini lebih mudah dilihat
karena terdapat kontras paru-paru. Di daerah lumbal lebih sukar untuk dilihat,
tanda yang penting adalah bayangan psoas menjadi kabur.
Untuk membedakan penyakit ini dengan
spondilitis tuberkulosis, sukar, biasanya pada osteomielitis akan terlihat
sklerosis, destruksi diskus kurang, dan sering timbul penulangan antara
vertebra yang terkena proses dengan vertebra di dekatnya (bony bridging).
Osteomielitis
pada neonatus dan bayi
Osteomielitis pada neonatus dan bayi
seringkali hanya dengan gejala klinis yang ringan, dapat mengenai satu atau
banyak tulang dan mudah meluas ke sendi di dekatnya. Biasanya lebih sering
terjadi pada bayi dengan 'risiko tinggi' seperti prematur, berat badan kurang.
Tindakan-tindakan seperti resusitasi, venaseksi, kateterisasi, dan infus,
secara potensial dapat merupakan penyebab infeksi. Kuman penyebab paling sering
adalah streptococcus.
Osteomielitis clan artritis septik pada
bayi biasanya disertai destruksi yang luas dari tulang, tulang rawan, dan
jaringan lunak sekitarnya. Pada neonatus ada hubungan antara pembuluh darah
epifisis dengan pernbuluh darah metafisis, yang disebut pembuluh darah
transfiseal, hubungan ini menyebabkan mudahnya infeksi meluas dari metafisis ke
epifisis dan sendi. Kadang-kadang osteomielitis pada bayi juga dapat mengenai
tulang lain seperti maksila, vertebra, tengkorak, iga, dan pelvis.
Tanda paling dini yang dapat ditemukan
pada foto rontgen ialah pembengkakan jaringan lunak dekat tulang yang terlihat
kira kira 3 hari setelah infeksi. Demineralisasi tulang terlihat kira-kira 7
hari setelah infeksi dan disebabkan hiperemia juga destruksi trabekula.
Destruksi korteks dan sebagai akibatnya pembentukan tulang subperiosteal
terlihat pada kira-kira 2 minggu setelah infeksi.
Evaluasi Diagnostik
Osteomielitis
akut; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan pembengkakan jaringan lunak.
Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang,
pengangkatan periosteum dan pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI
dapat membantu diagnosis definitive awal. Pemeriksaan darah memperhatikan
peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kulur darah dan kultur
abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Osteomielitis
kronik, besar, kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi area terinfeksi. Laju sedimentasi dan jumlah
sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses
ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotic yang
tepat.
Pemeriksaan penunjang
1.
Pemeriksaan darah
Sel darah putih
meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
2.
Pemeriksaan titer
antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan
bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
3.
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan
apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
4.
Pemeriksaan Biopsi
tulang.
5.
Pemeriksaan ultra
sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya
efusi pada sendi.
6.
Pemeriksaan
radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari
pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat
berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
Prinsip penatalaksanaan
Daerah yang
terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah
terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit
beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah. Sasaran awal terapi
adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi. Kultur darah, swab dan
kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika
yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu
spesimen kultur diperoleh dimulai terapi antibiotika intravena, dengan asumsi
bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap peningkatan semi
sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sebelum aliran
darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis
antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar
antibiotika dalam darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling
sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan
dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi
antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien
tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka, tulang yang terkena harus dilakukan
pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik dinagkat dan daerah itu diirigasi
secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Terapi antibiotika
dilanjutkan.
Pada
osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum secukupnya supaya ahli
bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang
untuk menjalankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization).
Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat
terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat
ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar
dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau dilakukan grafting dikemudian
hari. Dapat dipasang drainase berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan
membuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8
hari. Dapat terjadi infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang
didebridemen dapat diisi dangan grafit tulang kanselus untuk merangsang
penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer
tulang berpembuluh darah atau flap otot (dimana suatu otot diambil dari
jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro
ini akan meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat
melemahkan tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan
fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah
tulang.
Pencegahan
Pencegahan
Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan
angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol
erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan
operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis
pascaoperasi.
Antibioika
profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat
pembedahan dan Selma 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu.
Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi
superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.
Prognosis
Keberhasilan dari penatalaksanaan penyakit ini bergantung pada :
Keberhasilan dari penatalaksanaan penyakit ini bergantung pada :
1. Jarak waktu antara infeksi yang
terjadi dan pemberian terapi :
-
< 3 hari : dapat mencegah
terjadinya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru
-
3 – 7 hari : tidak mencegah
kerusakan tulang, tapi dapat mencegah penyebaran infeksi
-
> 7 hari : dapat mencegah
terjadinya penyebaran infeksi melalui darah (septikemia), tapi proses patologi
lokal sudah lanjut
2. Efektifitas antibiotik yang
diberikan
3. Dosis antibiotik yang diberikan
Biasanya dibutuhkan dosis yang lebih
tinggi
4. Durasi pemberian antibiotic
Harus diberikan
sekitar 3-4 minggu untuk mencegah terjadinya osteomielitis kronik
No comments:
Post a Comment