COPD atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) adalah penyakit
yang dicirikan adanya keterbatasan / hambatan aliran udara yang TIDAK
SEPENUHNYA REVERSIBLE. Hambatan aliran udara biasanya prosesif dan berhubungan
dengan respon inflamasi yang tidak normal terhadap gas atau partikel asing.
(GOLD,2007). Merupakan penyabab kematian keempat di Amrik setelah penyakit
jantung, kanker, dan stroke. Yang termasuk ke dalam COPD adalah emfisema
(pembesaran alveoli pary), bronchitis kronis (ditandai dengan batuk dan dahak),
dan small airways disease( kondisi
dimana bronkiole kecil menyempit). Dapat dikatakan COPD apabila terjadi obstruksi
aliran udara yang kronik, maka apabila bronchitis kroniknya tanpa obstruksi
aliran nafas kronis, maka tidak tidak termsuk dalam CPOD. COPD perlu dipertimbangkan pada
pasien dengan riwayat paparan terhadap factor risiko terutama merokok, pada pasien dengan dyspnea, dan batuk baik kering maupun berdahak.
Factor
risiko COPD :
Paparan
/ factor eksternal,
-
Merokok (factor risiko utama)
-
Perokok pasif (masih belum jelas
memiliki hubungan langsung, kemungkinan yang terjadi adalah hubungan paparan
terhadap fetus pada perokok yang hamil yang menyababkan terhambatnya
pertumbuhan paru shingga fungsi paru postnatal berkurang…)
-
Polusi udara di lingkungna sekitar (
hubungannya dengan adanya COPD masih belum jelas, namun paparan yang sering
terhadap asap pembakaran biomass saat memasak merupakan factor risiko yang
signifikan terhadap wanita)
-
Occupational dust or chemical
(seperti pada tambang batubara, tambang emas, debu tekstil dari kapas, etc…,
walaupun tetap tidak lebih penting dari factor risiko merokok)
-
Infeksi pada anak-anak (walaupun
belum jelas, tetapi diduga penyebab eksaserbasinya)
-
Status sosial-ekonomi (klasik)
-
Host
factor / factor internal,
-
Defisiensi alpha 1-antitrypsin
-
Hiperresponsif saluran pernaapsan
-
Pertumbuhan paru yang terhambat
Emfisema adalah pembesaran yang PERMANEN bagian distal bronkiolus
terminalis yang diikuti oleh kerusakan dinding tanpa fibrosis yang jelas.
Bronchitis kronis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya batuk produktif
selama minimal 3 bulan setidaknya dalam 2 tahun berturut-turut setelah penybab
batuk kronis yang lain diexclude. Dikenal
ada dua jenis hipotesis, Hipotesis Inggris yang menyatakan bahwa asma,
bronchitis kronis, dan emfisema adalah variasi dari dasar penyakit yang sama
dilihat dari sifat-sifatnya yang saling overlap yaitu kesamaan adanya aliran airway responsiveness, obstruksi aliran udara,
dan gejala2 pulmoner yang tampak. Hipotesis
yang lain adalah Hipotesis Inggris yang menyatakan bahwa COPD dan asma secara
fundamental merupakan penyakit yang berbeda, asma sebagai fenomena alergi
sedangkan COPD berkaitan degan kerusakan dan inflamasi yang berhubungan dengan
merokok. Pilih yang mana / mana yang bener, Belanda atau Inggris, kita lihat
perkembangan penelitiannya ke depan, siapa tau yang bener Indonesia.
Kalau di slide nemuin dua pahlawan asing yang bernama pink puffer
n blue bloater , itu sebenarnya adalah penyederhanaan patofisiologi di klinis,
yang memperlihatkan bentuk emfisema dan bronchitis walaupun sebnarnya seringnya
nyampur. Ni cirinya dalam bahas inggris.
Type A: Pink Puffer (Emphysema
Predominant)
|
Type B: Blue
Bloater (Bronchitis Predominant)
|
|
History and physical examination
|
Major complaint is dyspnea, often
severe, usually presenting after age 50. Cough is rare, with scant clear,
mucoid sputum. Patients are thin, with recent weight loss common. They appear
uncomfortable, with evident use of accessory muscles of respiration. Chest is
very quiet without adventitious sounds. No peripheral edema.
|
Major complaint is chronic cough,
productive of mucopurulent sputum, with frequent exacerbations due to chest
infections. Often presents in late 30s and 40s. Dyspnea usually mild, though
patients may note limitations to exercise. Patients frequently overweight and
cyanotic but seem comfortable at rest. Peripheral edema is common. Chest is
noisy, with rhonchi invariably present; wheezes are common.
|
Klo
perbedaan antara asma dan COPD liat langsung ke slide yaa,,,,, (dilihat dari
patologi, fisologi, respon terhadap bronkodilator, n respon inflamasinya). Prinsip penanganan kasus COPD adalah:
-
Nilai keparahan penyakit (pake
guideline GOLD, bisa dilihat di slide, cukup jelas)
-
Tangani sesuai keparahannya,
-
Edukasi pasien
-
Berikan treatment farmakologis
(antibiotic, bronkodilator, corticosteroid) dan nonfarmakologis( oksigen,
nutrisi, olahraga, atau intervensi bedah )
Obat yang dipakai adalah
bronkodilator (anatagonis beta adrenergic, ventolin, theofilin, ipatropium
bromide), corticosteroid untuk menurunkan edema, antibiotic untuk penanganan
infeksi, ekspektoran karena pada pasien COPD fungsi silia menurun sehingga
mencegah pengendapan mucus is paru, vaksin flu ex.pneumococcal untuk pencegahan
eksarsebasi karena infeksi, oksigen dengan aliran lambat selama minimal 16 jam.
No comments:
Post a Comment