Insidensi dan epidemiologi
Appendicitis banyak terjadi pada usia decade 2 dan 3
dengan pria 1.5 x lebih banyak di banding wanita.
Pathogenesis
Appendicitis disebabkan oleh
adanya obstruksi baik oleh fecalith, cacing (oxyrus vermicularis), tumor, batu
empedu dan sebagainya yang menimbukkan peradangan pada appendix. Peradangan ini nantinya menyebabkan edema dan
menghambat aliran limfatika sehingga terjadi edema lebih lanjut disertai
peningkatan sekresi musinus, akibatnya tekanan intaluminal semakin meningkat
hingga mengakibatkan kongesti pada vena dan terjadi kolaps. Kolapse vena mengakibatkan terjadinya
eksudasi lebih lanjut dan udem hemorrhagic disertai dengan longgarnya tight
junction sel epitel di appendix menggambarkan appendicitis akut fase dini. Longgarnya
tight junction tadi serta eksudasi memungkinkan terjadinya invasi oleh
bacterial, hingga pada saat tertentu udem dan penekanan yang terjadi dapat
mengakibatkan kolapsenya drainase arteri sehingga terjadi iskemi dan nekrosis
pada lapisan mukosa appendix yang dikenal sebagai appendicitis akut suppurativa.
Nekrosis ini akan meluas membentu ulkus – abses, dan lama kelamaan
membentuk gambaran nekrosis gangrene hingga lapisan serosa yang disebut dengan appendicitis akut gangrenosa dan dapat
bila rupture dapat meluas ke sekitarnya mengakibatkan peritonitis akut.
Manifestasi
Secara klasik appendicitis akut akan memperlihatkan
manifestasi berupa :
1.
Abdominal
discomfort pada area periumbilikal (anak – anak di area epigastrium) akibat
adanya distensi lumen appendix yang memicu terjaidnya nyeri visceral yang belum
dapat terlokalisasi dengan baik.
2.
Anorexia,
mual dan muntah. Beberapa referensi
menyebutkan hampir semua pasien appendicitis mengalami anorexia, sehingga
pasien yang datang dengan manifestasi lapar perlu ditelusuri lebih lanjut
apakah ia menderita appendicitis apa bukan.
3.
Nyeri
tekan (rebound tenderness) pada titik macBurney akibat keterlibatan peritoneum
parietal yang awalnya local hingga general (perforasi).
4.
Saat
nyeri udah somatic dan general biasanya nyerinya akan kontinu.
5.
Nyeri
merupakan suatu persepsi yang di hantarkan oleh saraf simpatis, akibatnya
terjadi penurunan pada motilitas usus, terjadilah illeus paralitic sebagai
salah satu manifestasi pada penderita appendicitis.
Pemeriksaan
PSOAS sign (+), obturator sign (+), hasving sign (+),
rebound tenderness (+), demam ringan hingga leukositosis.
Diagnosis banding
·
Nyeri
periumbilikal
Appendicitis awal, obstruksi usus halus,
gastroenteritis, iskemi mesenterika
·
Nyeri
kuadran kanan bawah
o
GIT :
appendicitis, IBD, diverticulitis, gastroenteritis, hernia inguinal
o
Gynekologi
: kehamilan ektopik, salphingitis, cysta ovarii
o
Renal :
pyelonefritis, nefrolithiasis, ureterolithiasis pada persilangan dengan
a.illiaca.
Tratment
Merupakan suatu kasus bedah,
terutama pada keadaan dimana sudah terjadi peritonitis pada lamina parietal
yang menandakan terjadinya perforasi.
Sebagai penanganan awal, dokter di UGD sebaiknya tidak memberikan
analgesi hingga paling tidak dd ditegakkan dan rencananya laparotomy/laparocopy
sudah ada, karena pemberian analgesi akan memberI
efek masking terhadap penyebab nyeri.
Selain itu dilakukan persiapan pada pasien untuk pelaksaan appendectomy.
Komplikasi
Perforasi pada appendiks bias mengakibatkan peradangan
pada organ – organ abdomen disekitarnya hingga ke lapisan otot dari dinding
abdomen dan menimbulkan nyeri yang sangat hebat.
Sumber :
Fauci, A.S., et.al., 2008. Harrison’s : Principle of Internal Medicine. 17thed. New
York : McGraw-Hill.
No comments:
Post a Comment