HIV (Human Immunodeficiency Virus) Part 1

HIV adalah virus yang hidup dan berkembang di dalam tubuh manusia dan melemahkan sistem kekebalan / imun tubuh. Virus ini menurunkan sistem imun tubuh manusia dengan cara merusak atau menghancurkan sel-sel imun seperti Sel T, CD4+ dan makrofag. HIV berbeda dengan AIDS ( Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang dialami akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh akibat dari infeksi HIV. Namun, kekebalan tubuh juga dapat menurun karena pengaruh lain selain HIV, misalnya karena obat-obatan steroid. Steroid dosis tinggi dapat menunrunkan jumlah imunoglobulin A, G, dan M di dalam darah.
HIV menular melalui hubungan kelamin dan hubungan seks oral, atau melalui anus, transfusi darah, penggunaan bersama jarum terkontaminasi, dan antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui. HIV tidak ditularkan selain dengan cara-cara yang disebutkan di atas. Hal ini sangat penting diketahui oleh tenaga medis karena informasi ini belum banyak diketahui oleh masyarakat dan menjadi tugas dari tenaga medis untuk menjelaskan fakta yang sebenarnya dari penularan HIV.

Perjalanan Penyakit HIV

Dasar utama patogenesis HIV adalah berkurangnya limfosit T  helper/induser yang memiliki  marker CD 4 (sel T4). Limfosit T4 merupakan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas seluler, terjadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel T4.

Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD4, virus masuk kedalam target dan ia melepas “bungkusnya” kemudian dengan enzym reverse transcryptae ia merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengumpulkan bahan genetik virus. Infeksi HIV dengan demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup. Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi penggandaan), sehingga ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat laun akan merusak sampai jumlah tertentu dari sel T4. 
Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut. Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala-gejala penyakit (masa inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60 bulan pada orang dewasa. Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak yang mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf, menyebabkan kerusakan neurologis.

Stadium Klinis Infeksi
Stadium klinis infeksi HIV ada 4:
1. Stadium Klinis I
         Tanpa gejala
         Limfadenopati generalisata yang persisten
2. Stadium Klinis II
         Kehilangan BB < 10%
         Gambaran mukokutaneus minor
         Herpes zoster
         Angular cheilitis
         Recurrent oral ulceration
         Papular pruritic eruption (PPE)
         Seborrhoeic dermatitis
         Fungal nail infection
3. Stadium Klinis III
         Kehilangan BB > 10%
         Diare kronis > 1 bulan
         Demam berkepanjangan > 1 bulan
         Kandidiasis mulut persisten
         Oral hairy leukoplakia
         Tuberkulosis paru
         Infeksi bakteri yang parah
         Anemia yang tidak dapat diterangkan sebabnya, trombositopenia, neutropenia
4. Stadium Klinis IV
         Sindroma wasting HIV
         PCP
         Penumonia bakterial berulang
         Herpes simplkes kronis
         Toksoplasmosis otak
         CMV
         Kandidiasia esofagus, trakea, bronkus, atau paru
         Mikobakteriosis
         TB luar paru
         Limfoma
         Sarkoma kaposi
         Ensefalopati HIV

Para ahli masih belum sepakat mengenai kapan waktu yang terbaik untuk memulai pengobatan HIV / terapi antiretroviral. Namun ada beberapa rekomendasi yang bersumber dari penelitian-penelitian teraru, diantaranya: Menurut rekomendasi WHO, orang dewasa dan remaja dengan HIV sebaiknya memulai terapi antiretroviral ketika:
·         Infeksi HIV Stadium IV menurut kriteria WHO, tanpa memandang jumlah CD4
·         Infeksi HIV Stadium III menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4 <350/mm3
·         Infeksi HIV Stadium I atau II menurut kriteria WHO dengan jumlah CD4 <200/mm3
Apabila tes CD4 tidak dapat dilaksanakan, maka terapi antiretroviral sebaiknya dimulai ketika:
·         Infeksi HIV Stadium IV, tanpa memandang jumlah limfosit total
·         Infeksi HIV Stadium III, tanpa memandang jumlah limfosit total
·         Infeksi HIV Stadium II dengan jumlah limfosit total <1200/mm3c


Anda sedang membaca artikel tentang HIV (Human Immunodeficiency Virus) Part 1 dan anda bisa menemukan artikel HIV (Human Immunodeficiency Virus) Part 1 ini dengan url http://mantankoas.blogspot.com/2016/03/hiv-human-immunodeficiency-virus-part-1.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel HIV (Human Immunodeficiency Virus) Part 1 ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link HIV (Human Immunodeficiency Virus) Part 1 sebagai sumbernya.

No comments:

Post a Comment