1. ELISA
ELISA (Enzym-Linked
Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi antibodi yang dibuat tubuh
terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya diproduksi mulai minggu ke
2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah terpapar virus HIV. Kerena alasan
inilah maka para ahli menganjurkan pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu
ke 1-2 sesudah melakukan aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum
suntik yang terkontaminasi. Tes ELISA dapat dilakukan dengan sampel darah vena,
air liur, atau air kencing. Saat ini telah tersedia Tes HIV Cepat (Rapid HIV
Test). Pemeriksaan ini sangat mirip dengan ELISA. Ada dua macam cara yaitu
menggunakan sampel darah jari dan air liur.
Hasil positif pada ELISA belum memastikan bahwa orang
yang diperiksa telah terinfeksi HIV. Masih diperlukan pemeriksaan lain, yaitu
Western Blot atau IFA, untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan ELISA ini. Jadi
walaupun ELISA menunjukkan hasil positif, masih ada dua kemungkinan, orang
tersebut sebenarnya tidak terinfeksi HIV atau betul-betul telah terinfeksi HIV.
2. Western Blot
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi
antibodi terhadap HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena
pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesifik, sehingga kasus 'yang tidak
dapat disimpulkan sangat kecil. Walaupun demikian, pemeriksaan ini lebih sulit
dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya.
3. IFA
IFA atau indirect fluorescent antibody juga meurupakan
pemeriksaan konfirmasi ELISA positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas,
IFA juga mendeteksi antibodi terhadap HIV. Salah satu kekurangan dari
pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal.
4. PCR Test
PCR atau polymerase
chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung
keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu
sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan
memerlukan alat yang canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan jika
uji antibodi diatas tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu, PCR test
juga dilakukan secara rutin untuk screening test
darah atau organ yang akan didonorkan.
Reference:
1. Johnson MD. Steroids.
Adolescent Med 1991 Feb;2(1):79-93
No comments:
Post a Comment