Farmakodinamik Obat Pada Dispepsia Kronis

Dispepsia adalah sekumpulan gejala dari upper gastrointestinal, sensasi tidak nyaman di perut bagian atas. Biasanya ditadai dengan epigastric pain dan mual yang berlangsung kronik. Pada dyspepsia fungsional tidak ditemukan kelainan organic.
Dyspepsia fungsional menurut criteria roma III :
1.       Paling sedikit dalam waktu 3 bulan pada 6 bulan terakhir terdapat 1 atau lebih gejala ini :
·         Rasa penuh setelah makan yang mengganggu
·         Cepat kenyang
·         Nyeri epigastrik
·         Rasa terbakar di ulu hati
2.       Tidak ada penyakit yang mendasari (berdasar hasil endoskopi gastrointestinal bagian atas)
Dispepsia ini disebabkan karena hipersensitivitas gaster, threshold terhadap rasa nyeri menurun, sehingga mudah teriritasi asam lambung. Pada negara maju seperti Amerika, kondisi ini lebih banyak disebabkan karena gangguan psikis (depresi, anxiety, dan somatisasi), sedangkan di negara berkembang seperti  Indonesia banyak disebabkan karena makanan, seperti rasa pedas, masam, dan pengaruh minuman bersoda. Penyakit ini tergolong ringan (tidak menyebabkan kematian, namun cukup mengganggu quality of life).
Therapy:
ü  Psikoterapi : akan sangat efektif jika kausanya adalah gangguan psikis
ü  Hypnotherapy, konon katanya sama efektifnya dengan ranitidine atau simetidine, berarti klo pengobatan dengan jalan ini efektif kita tidak perlu lagi mengkonsumsi obat-obatan
ü  Terapi farmakologis
Pada prinsipnya adalah menurunkan factor agresif (asam lambung & pepsin) dan meningkatkkan factor protektif (mucus & ion bikarbonat).
Sekedar review ne untuk mekanisme pemebentukan asam lambung dapat melalui 3 jalur:
-          Aktivasi sel gastrin yang dirangsang oleh keberadaan makanan di lambung à aktivasi ECL cell à sekresi histamine à diterima H2 receptor di sel parietal à aktivasi pompa proton (H+) ke lumen gaster à berikatan dengan CI- à HCI
-          Aktivasi saraf simpatis (N.vagus) à melalui aktivitas acetilkolin dan receptor muskarinik menstimulasi sel mast (ECL cell / Enterochromafin Like cell) untuk mengeluarkan histamine yang nantinya beikatan dengan H2 receptor di sel parietal sel parietal lambung
-          Jalur histamine yang dikeluarhan oleh sel ECL, dan seterusnya.
Nah, obat-obatan yang digunakan berarti mengintervensi dari jalur2 tersebut, obat yang biasa digunakan adalah:
1.       SSRI (Serotonin reuptake Inhibitors), bekerja dengan cara menghambat degradasi Serotonin. Obat ini banyak digunakan luar negeri, karena kebanyakan dyspepsia-nya disebabkan factor psikis. Sedangkan di Indonesia jarang sekali digunakan.
2.       Antasid
merupakan basa lemah yang bereaksi dengan asam lambung membentuk garam dan air.
Ø  Al(OH)3 (Aluminum hydroxide)
-          Beraksi dengan meningkatkan pH asam lambung hingga 4
-          Mengabsorbsi pepsin
-          Termasuk antacid yang nonabsorable (tidak diserap mukosa gaster, sehingga tidak berefek sistemik)
-          Side effect: konstipasi, hipophaspatemia
Ø  Mg(OH)2 (Magnesium hydroxide)
-          Termasuk nonabsorable, sehingga tidak menimbulkan alkalosis
-          Side effect: diare, hipermagnesemia (pada pasien dengan renal insufisiensi)
Ø  NaHCO3 (Sodium bicarbonate)
-          Menigkatkan pH hingga sekitar7,4
-          Side effect: sistemik alkalosis, retensi cairan pada pasien dengan hipertensi, gagal jantung, dan renal insufisiensi.
-          Besifat absorbable, berfek sistemik dan menyebabkan alkalosis, sehingga tidak boleh digunakan jangka panjang dan dosis yang tinggi.
3.       Proton Pump Inhibitors (PPI)
Sebenernya ini obat yang paling efektif, karena bisa mengurangi sekresi HCL baik ketika makan atau puasa, tapi harganya relative mahal.
Contoh PPI adalah:
-          Omeprazole                                                                            - Lansoprazole
-          Rabeprazole                                                                            - Pantoprazole
4.       H2 antagonis
Ø  Ranitidine
Saat ini banyak digunakan, karena cukup efektif, sedikit efek samping, dan interaksi dengan obat lain sedikit. Lebih potent dibandingkan simetidine. Hati-hati paenggunaan pada anak2. Tersedia dalam bentuk oral, im, iv
Ø  Cimetidine
Ø  Famotidine
Ø  Nizatidine
5.       Antimuskarinic agent à pirenzepin, telenzepin
6.       Protektif mukosa GIT:
Ø  Sucralfat
-          Merupakan kompleks alumunium hidroksida dan sulfat sucrose. Merupakan pelindung terhadap HCL, asam empedu dan pepsin.
-          Bekerja dengan menstimulasi sekresi prostaglandin endogen, untuk melapisi ulkus, diberikan saat lambung kosong (1 jam sebelum makan)
-          Efek samping lebih sedikit, karena absorbs sistemiknya rendah.
Ø  Bismuth
-          Inhibisi akivitas pepsin, menstimulasi produksi mucus dan prostaglandin.
-          Memiliki aktivitas antimicrobial terhadap H.pylori sehingga cocok digunakan pada dyspepsia organic yang diakibatkan karena bakteri tersebut.
Ø  Carbenoxolone
-          Mekanisme aksinya masih belum jelas, namun diperkirakan meningkatkan produksi, sekresi, dan viskositas mucus yang akan melindungi mukosa gaster.
-          Side effect: hipertensi, hipokalemia, dan retensi urin
Ø  Misoprostol
-          Merupakan replacement terhadap prostaglandin endogen, menghambat produksi asam
-          Menigkatkan aliran darah ke mukosa dan meningkatkan sekresi mucus dan bikarbonat
-          Mencegah ulkus yang dipicu penggunaan NSAID
-          Side effect: diare
7.       Meningkatkan motilitas GIT:
Ø  Laxative-Purgative : mempercepat lewatnya makanan melalui intestinal
-          Bulk à menahan air (retensi) di GIT dan memicu peristaltic
-          Osmotic Laxative àmeningkatkan volume cairan dengan osmosis
-          Fecal softeners à dapat diberikan perektal untuk melumasi fecal 
-          Stimulant purgative à meningkatkan sekresi air dan elektrolit  serta peristaltic.
Ø  Dopamine D2 receptor antagonists à Domperidon dan  metoclopramide
Bekerja dengan menghambat aktivitas kolinergik otot polos di GIT, sehingga meningkatkan peristaltic esophagus dan mempercepat gastric emptying. Banyak dipakai untuk antiemesis atau antinausea.

Anda sedang membaca artikel tentang Farmakodinamik Obat Pada Dispepsia Kronis dan anda bisa menemukan artikel Farmakodinamik Obat Pada Dispepsia Kronis ini dengan url http://mantankoas.blogspot.com/2016/04/farmakodinamik-obat-pada-dispepsia_17.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Farmakodinamik Obat Pada Dispepsia Kronis ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Farmakodinamik Obat Pada Dispepsia Kronis sebagai sumbernya.

No comments:

Post a Comment