seseorang dikatakan
mengalami anemia, bila kadar Hb dalam darahnya <13g/dL pada pria dan ,12g/dL
pada wanita. Bicara tentang anemia sangat erat kaitannya dengan komponen darah
di dalam tubuh. Darah menempati sekita
8% dari keseluruhan cairan tubuh dan terdiri dari 2 unsur utama :
·
Plasma (55%) yang terdiri dari protein (7%) albumin untuk menjaga tekanan osmolaritas, globulin
untuk imunitas dan fibrinogen untuk hemostasis. Selain protein, plasma darah
juga mengandung air (91%), dan komponen terlarut lain (2%) seperti nutrient,
gas dan lain-lain.
·
Buffy coat yang terdiri dari sel leukosit dan platelete
·
Komponen sel darah merah (45%)
Pada saat
pentranfusian darah, lebih baik dilakukan pemberian darah hanya dengan packed
red cell, yaitu hanya sel darah merahnya saja tanpa plasma dan jumlah buffy
coat yang miskin, sebab, bila terlalu banyak buffy coat dapat menyebabkan
teradinya alloimunisasi (reaksi penolakan dari tubuh atas darah yang
ditransfusikan), akibatnya, saat ditransfusi, kadar darah akan malah akan
menurun, bukannya naik.
Hematopoiesis
Saat dalam
kandungan, darah dihasilkan oleh yolc sac. Pada awal tahun kelahiran,
hematopoiesis diambil alih fungsinya oleh Hepar dan Lien. Pada masa anak-anak
hingga balita, darah dihasilkan oleh tulang-tulang panjang namun saat dewasa,
fungsi ini di ambil alih oleh tulang-tulang pendek (Cranium, Sternum, Pelvis).
Fakta di atas
memberikan informasi penting bagi kita bahwa jika ingin melakukan bone marrow
punction, kita harus melakukannya di cranial, sternum, maupun pelvis. Indikasi
utama dilakukan bone marrow punction adalah saat ditemukan kondisi normocytic
normochromic sel darah merah yang bukan disebabkan oleh perdarahan yang
akut.
Kemungkinan
terjadi keganasan darah juga lebih besar terjadi di daerah-daerah tersebut.
Namun, dalam melakukan terapi radiasi harus dilakukan dengan extra hati-hati.
Karena dapat menyebabkan myelosupresi yang berat pada orang dewasa. Pada
anak-anak, terapi radiasi yang dilakukan di daerah tersebut tidak begitu
membahayakan, karena hematopoiesis tidak terjadi di sana.
Hematopoiesis
diatur oleh ginjal. Tepatnya oleh Erythropoietin di Tubulus Ginjal. Karena itu,
Penderita gagal ginjal kronik dapat mengalami anemia. Ada 2 faktor utama
meningkatnya erythropoietin:
- Aliran darah
ke ginjal menurun (Shock, Dehidrasi, Stenosis, Arteri Renalis,dll)
- Oxygen darah
berkurang (Congestive Heart Failure, CPOD, dll)- prosesnya; Oksigen darah
berkurang à memicu
erythropoietin di ginjal à sinyal
dikirim ke sumsum tulang à produksi
meningkat. Oleh karena itu, orang-orang yang hidup di ketinggian,
Hematokritnya sangat tinggi. Karena fakta ini pula, penderita Chronic
Pulmonary Obstructive Disease (CPOD) mengalami Policytemia Sekunder yang
berpengaruh terhadap maturitas dan proliferasinya
Reticulocyte
(calon Erythrocyte dewasa) juga memiliki fungsi yang tidak kalah pentingnya.
Reticulocyte yang memiliki fungsi yang mirip dengan eritrosit, akan dibawa ke
perifer ketika terjadi kerusakan atau kehilangan darah secara masif.
Data-Data yang
harus hafal di dalam kepala ( kata dr. johan tuh) :
Komponen Laki-Laki Wanita
1. Hb 15 + 2,5 14+2,5 g/dl
2. PCV 0,47+0,07
0,42+0,05 I/l %
3. RBC 5,5 + 1 4,8+1 x1012/l
4. MCHC(Hb/PCV) 30-36 g/dl
5. MCH (Hb/RBC) 29,5+2,5 pg/l
6. MCV(PCV/RBC) 85+8 fl
-
Jika Hb < 6,5%, dapat terjadi Life Thretening
Anemia-->99% indikasi transfusi
Body Iron Distribution
Saat besi masuk ke
dalam tubuh kita, akan dimanfaatkan oleh:
o
Myoglobin (Memperkuat Otot)
o
Komponen tambahan pada Erythropoiesis
o
Disimpan dalam keadaan: Statis-->Liver& Bne Marrow
Mobile--> Makrofag
Jika ditemukan
adanya Anemia Defisiensi besi, perlu ditinjau lebih dalam lagi apa penyebabnya,
sebab, hamper sebagian besar IDA bukan disebbakan oleh kekurangan intake besi,
namun oleh kalainan pada organ yang bertanggung jawab dalm metabolism besi.
Secara Seluler,
zat Besi masuk ke dalam tubuh à di serap di mucosa duodenum dengan
bantuan DMT1 melalui gate feroportin à didistribusi ke dalam sel.
Feroportin merupakan
suatu cara bagi absorbs besi di dalam usus. Proses buka-tutup ferroportin
dipengaruhi oleh hepsidin (di hati, spleen dan duodenum) yang akan dikeluarkan
saat terjadi inflammasi, dimana bila kadar
hepcidin tinggi, ia akan menginhibisi pembukaan gate feroportin dan
mencegah absorbs besi, sehingga kadar besi di dalam darah juga ikut turun.
Anemia Defisiensi Besi :
Disebabkan oleh :
o
infestasi parasit dan malnutrisi
o
Chronic Blood Loss
Untuk pemeriksaan, dilakukan :
1. Lihat Hb à indikasi anemia atau bukan
2. MCV à termasuk defisiensi besi atau tidak
3. Ferritin à jika < 15, kemungkinan terjadi anemia def.besi
Setelah itu, perlu dicari penyebab
utama anemia def. Besi.
Manifestasi Klinis:
1. 4L (Lemah, Letih, Lesu, Lelah)
2. Ulcus di sudut bibir
3. Glositis ( Lidah memerah)-->terjadi
atrofi villi
4. Kuku Sendok-->indikasi penyakit
sudah berat
Target Cell tidak ditemukan pada Anemia Def.Besi ,namun terjadi pada
kondisi Hb Pathy. Pada wanita hamil, anemia def.besi termasuk fisiologis, pada
laki-laki, termasuk patologis.
Ada beberapa
tujuan pengobatan anemia :
1. Perbaiki fungsi
jantung
2. Perbaiki fungsi
kognitif
3. Perbaiki
kemampuan beraktifitas
4. Mengurangi
hospitalisasi
5. Perbaiki
kualitas hidup
Anemia def.besi
lebih sering pada laki-laki karena wanita mendapatkan perlindungan lebih baik
dari estrogen.
Anemia in Elderly :
Anemia pada lansia
memang sering terjadi namun hal tersebut tentu saja bukan merupakan suatu hal
yang normal dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Dengan prevalensi 10-45 %
dan insidensi 10-15 / 1000. Artinya, penyakit ini butuh penanganan yang panjang
dan intensif karena terjadi dalam kurun waktu yang lama
Pada lansia,
anemia lebih sering terjadi pada pria terutama dari ras aferoamerika. Biasanya
diikuti oleh problem lain (polifarmasi karena gejala tak jelas). Dan hal ini
dapat berpengaruh pada Kualitas hidup, morbiditas dan mortalitas dari para
lansia.
2 macam anemia
yang sering terjadi pada lansia : Anemia Def. Besi dan Anemia of Chronic
Disease dimana fungsi erythropoietin ada, tapi tidak maksimal karena pengaruh
sitokin yang dihasilkan oleh IL-1&IL-6 yang dihasilkan oleh proses
inflammasi.
No comments:
Post a Comment