Bromhidrosis terutama disebabkan oleh kelenjar apocrine.
Meskipun di kulit juga terdapat kelenjar ecrin, namun patogenesisnya berbeda.
Kelenjar ecrin menyebabkan stratum korneum melunak sehingga menjadi potensial
untuk pertumbuhan bakteri, dan kemudian aktifitas bakteri menyebabkan bau
badan. Sedangkan pada bromhidrosis produksi kelenjar apocrine berlebih karena
ukuran dan jumlahnya bertambah. Kemudian bakteri (e.g. di axila) beraktivitas
dan menghasilkan“ ε-3-methyl 2 hexenoic acid” yang menyebabkan bau badan.
Bau badan ini khas dan dapat dibedakan dengan trimethylaminuria yang
mengakibatkan bau badan pada pasien dengan liver terganggu.
Gangguan ini biasanya lebih banyak terjadi pada usia
dewasa muda, lebih bau pada orang berkulit gelap, biasanya terdapat “family
history“ dengan kasus serupa, dan bau meningkat pada musim panas. Namun pada
kultur tertentu bau badan seperti ini dianggap sebagai hal yang normal dan
penilaiannya sangat subjektif. Hal ini dikarenakan toleransi setiap individu
terhadap bau berbeda-beda.
Untuk pengobatannya, dilakukan berdasarkan
patogenesisnya. Karena ada bakteri, maka bakteri dapat diatasi dengan pemberian
antiseptik atau antibiotik. Selain itu bisa dilakukan reduksi terhadap kelenjar
apocrin. Karena sebenarnya perubahan ini fisiologis, maka mereduksi kelenjar
apocrin adalah dengan cara merusaknya. Namun dapat dipilih alternatif dengan
menggunakan deodoran yang bahannya akan menyumbat jalan keluar kelenjar
sehingga di permukaan kulit jumlahnya sedikit. Jika jumlah kelenjar apocrine
sangat berlebihan, dapat dilakukan operasi pengangkatan, atau bisa juga
dilakukan lyposuction. Atau dengan cara injeksi racun Botulinum Toxic (BOTOX),
yang dapat bertahan selama 6 bulan.
Selain bromhidrosis, gangguan pada kelenjar apocrine
dapat berupa chromhidrosis yaitu secret kelenjar yang berwarna karena
mengandung pigmen lipofuscin.
No comments:
Post a Comment