Imunitas Terhadap Penyakit Infeksius

Imunitas terhadap penyakit infeksius
          Mekanisme imun yg muncul akan bergantung terhadap lokasi masuknya mikroorganisme. Apakah itu intraseluler ato ekstraseluler.
          extracellular: biasanya berkaitan dengan antibodi
          intraseluler:
        membutuhkan imunitas sel T
        sel T sitotoksik CD8: untuk virus
        Helper T cell CD4: for tubercles, leishmania, etc
        sel T CD4 mensekresi sitokin dan mengaktivasi makrofag
Vaksinasi adalah administrasi sebuah substansi untuk menginduksi imun protektif terhadap penyakit.
          Yg terpenting dalam pengembangan vaksin adalah: keseimbangan antara imunogenesitas (induksi respon imun) dan reaktogenesitas (kemampuan untuk menimbulkan efek samping) vaksin
          Adverse Events Following Immuniszation (AEFI) adalah semua kejadian kematian ato sakit, yg terjadi setelah 1 bulan setelah vaksinasi
          tidak ada satu pun obat dan vaksin yg tidak punya efek samping
          tentu saja resiko penyakit lebih besar daripada resiko efek samping dari vaksin
          Ada 3 tipe efek samping menurut WHO:
          terkait program: sterile abcess, lymphadenitis
          reaksi yg terkait dengan inherent properties of the vaccine: reaksi terhadap salah satu komponen vaksin, dari ringan ampe reaksi sistemik parah (poliomyelitis paralitik karena vaksin polio yg terjadi 1 banding 2.5 juta )
          koinsidental
          berdasarkan waktu: segera (dalam 24 jam), intermediate (1-28 days), lama (> 28 hari setelah vaksinasi)
Jenis Vaksin….beberapa jenis vaksin dibuat berdasarkan proses produksinya, antara lain
a.    Vaksin hidup dilemahkan (live attenuated vaccines). Vaksin jenis ini memerlukan replikasi organismenya (terutama virus) pada penerima vaksin untuk meningkatkan rangsangan antigen. Proses melemahkan antigen tersebut melalui pembiakan sel, pertumbuhan jaringan embrionik pada suhu rendah atau pengurangan gen pathogen secara selektif. Biasanya vaksin ini memberikan imunitas jangka panjang.
b.   Vaksin dimatikan (killed vaccine/inactivated vaccine). Vaksin ini mengandung organisme yang tidak aktif setelah melalui proses pemanasan ato penambahan kimiawi (misal: aseton, formalin, timerosal, fenol). Biasanya pemberian vaksin ini perlu beberapa dosis dan diperlukan bahan ajuvan untuk meningkatkan respon imunologik.
c.    Rekombinan Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organism yg pathogen. Sintesa dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
d.   Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA vaccines)…Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yg mengandung kode antigen yg pathogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yg cukup kuat. Sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

Berbagai macam cara pemberian vaksin (IM, SC, intradermal, intranasal, oral) berdasarkan pada komposisi vaksin dan imunogenesitasnya. Sebaiknya vaksin diberikan pada tempat dimana respon imun yg diharapkan tercapai dan terjadinya kerusakan jaringan, sarap, dan vascular minimal.

Penyuntikkan intramuscular dianjurkan pada kasus di mana bila dilakukan penyuntikkan subkutan ato intradermal dapat menimbulkan iritasi, indurasi, perubahan warna kulit, peradangan, pembentukan granuloma. Pemberian suntikan secara subkutan mempunyai resiko pada jaringan neovaskular lebih jarang, non reaktogenik, dan cukup imunogenik.

Vaksinasi Dewasa
  1. Tetanus, Diphteri untuk 19-65àtiap 10 tahun sekali
  2. MMR
a.       19-49 tahun:  1-2 dosis
b.      50-65 keatas: 1 dosis
  1. Varicellaà19-65 tahun ke atas: 2 doses (0, 4-8 weeks)
  2. Influenzaà19-65 tahun ke atas: 1 dosis per tahun
  3. Pneumococcus
a.       19-64 tahun: 1-2 dosis
b.      65 tahun keatas: 1 dosis
  1. Hepatitis A untuk 19-65 tahun ke atas: 2 dosis
  2. Hepatitis B untuk  19-65 tahun ke atas: 3 dosis
  3. Meningococcus untuk 19-65 tahun ke atas: 1 dosis ato lebih
Vaksin Influenza
          Influenza membuat mortalitas dan morbiditas naik secara seegneepeekan pada populasi manula saat musim berangin/winter.
          vaksinasi per tahun direkomendasikan pada umur 65 tahun ke atas
          vaksinasi tidak ditujukan untuk mencegah penyebaran influenza tapi untuk mereduksi komplikasi
          pada waktu jangka panjang, vaksinasi mereduksi influenza secara seegneepeekan, pneumonia, dan kematian
Vaksin mereduksi semua penyebab mortalitas sebanyak 42% pada komunitas, tapi tidak mereduksi influenza, ILI, ato pneumonia

Anda sedang membaca artikel tentang Imunitas Terhadap Penyakit Infeksius dan anda bisa menemukan artikel Imunitas Terhadap Penyakit Infeksius ini dengan url http://mantankoas.blogspot.com/2015/11/imunitas-terhadap-penyakit-infeksius.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Imunitas Terhadap Penyakit Infeksius ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Imunitas Terhadap Penyakit Infeksius sebagai sumbernya.

No comments:

Post a Comment