Pemeriksaan Thorax

Pada dasarnya metode pemeriksaan radiologis ada beberapa macam :
1.       Radionuclide studies à menggunakan radiogama– K
2.       USG
3.       Chest X-Ray; Pemeriksaan foto thoraks dengan menggunanakan suatu gelombang tertentu.  Ada tiga posisi pengambilan gambar untuk pemeriksaan CXR (chest X-ray), yaitu:
·         Postero – Anterior
Yang dimaksud dengan Postero – anterior ialah suatu posisi dimana cahaya datangnya dari arah posterior, kita melihat ke depan kearah kaset.  Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan (rutin), biasanya kita meminta pasien untuk menarik napas panjang.  Posisi ini sangat baik untuk mendeteksi ada/tidaknya perubahan ukuran maupun kontur dari rongga dalam dada sehingga, sebaiknya saat di lakukan perekaman, dada sebisa mungkin menempel sedekat-dekatnya dengan kaset.
·         Antero – Posterior
Kebalikan dari PA, disini cahaya datang dari arah anterior sehingga bagian lensa dekat dengan permukaan posterior dari tubuh.  Oleh karenanya, sering terjadi pembesaran semu dari organ – organ dalam.  Prosedur ini biasnaya digunkaan pada pasien yang cacat maupun bayi
·         Lateral
Biasanya digunakan bila terjadi suspek terhadap suatu penyakit lain.
                Pada penggunaan CXR untuk mem – follow up terapi, mintalah pasien untuk selalu membawa poto thoraxnya yang lama, sehingga dapat dilakukan perbandingan. 
4.       Fluoroscopy à semacam bentuk video dari chest X-ray, sehingga selain melihat ada tidaknya abnormalitas bentuk dan ukuran, kita juga bisa mengamati kelainan perubahan atau pergerakan.  Penggunaan fluoroscopy biasa juga digunakan dalam pemeriksaan flail chest, paralisis n.phrenicus dan untuk melihat ada tidaknya gangguan pergerakan paru akibat pneumothorax
5.       Bronkografi à saat ini bronkografi sudah mulai ditinggalkan karena mneggunakan pemasukan bahan tertentu dimana hal tersebut meningkatkan terjadinya resiko aspirasi. Pemeriksaan ini biasanya digunakan untuk memeriksa ada tidaknya bronkiectasis
6.       Tomografi
7.       Plain photo (foto biasa);Paling banyak terdapat di lab radiologi
8.       CT – scan conventional
Bermanfaat dalam mendeteksi kasus keganasan dan mengetahui dimana letaknya, dan bagaimana keadaan organ yang normal, juga berguna dalam menentukan staging dan metastasis dari keganasan itu.
9.       Dan lain – lain (lihat d slide yahh)
Saat melakukan interpretasi hasil gambar, kita juga terlebih dahulu harus menentukan bagaimana cara memvisualisasikan gambar akan dapat dibaca hasilnya.  Kita meminta pasien untuk melakukan inspirasi ialah agar melihat dimana letak VT10 pada posisi bahu di tarik kebelakang.  Kemudian kita melakukan centralisasi, yaitu dengan memastikan prosesu spinosusVT1 – VT5 harus jelas, namun tidak boleh terlalu kabur maupun terlalu jelas.
Batuk dan sesak napas yang terjadi pada seorang pasien sangat berkaitan erat dengan salah satu kelainan pada organ – organ di rongga dada.  Yang kemudian dikelompokkan menjadi cardiac dan non – cardiac.  Namun pada kali ini akan dibahas mengenai yang non – cardiac yamg disebabkan system pernapasan.  Ada tiga lagi macam –macam kelainan non – cardiac dari sesak dan batuk yaitu :
·         Parenkim biasanya terjadi akibat infeksi
·         Airway yang disebabkan oleh penyakit speerti asthma, tumor dan trauma

Penerapan pada beberapa penyakit :
1.       Pneumonitis
Merupakan radang yang mengenai dinding alveoli. Pneumonitis berbeda dengan pneumonia, karena pneumonitis bukan/belum tentu disebabkan oleh agen infeksius.  Sebenarnya jarang dilakukan pemeriksaan radiologis untuk penyakit ini, sebab jarang ditemukan kelainan, kecuali bila terjadi fibrosis pada alveoli dan/atau pneumonia interstisial.
2.       Pneumonia
Untuk pembahasan lengkap ttg pneumonia mungkin teman – teman bisa membaca cakul dari teman yang lain yaa,, kalo d liat dari aspek radiologis, kita tau saat pneumonia, terjadi konsolidasi paru dimana udara di gantikan oleh infiltrate – infiltrate bacterial sehingga akan tampak gambaran paru yang opaque.  Berdasarkan area yang mengalami konsolidasi, ada dua macam pneumonia :
·         Pneumonia lobaris (kebanyakan disebabkan oleh S.aureus yaitu community acquired)
Jenis pneumonia ini terjadi pada bagian terminal alveoli, dimana terjadi konsolidasi 1 lobus yang homogen.  Oleh karena hanya terjadi pada 1 lobus, maka konsolidasi yang homogen tersebut akan tampak dibatasi secara jelas oleh fisura.  Secara umum, volum pada area tersebut masih normal. Pada kenampakaan x – ray akan tampak gambaran bronkogram, yaitu batas hitam (udara) dan putih (padat), hal ini diakibatkan kerusakan yang terjadi hanya sebata alveolus terminal, sedangkan fungsi bronkiolus sebagai tempat aliran udara masih normal, sehingga akan tampak batas antara keduanya.
·         Bronkopneumonia (kebanyakan oleh gram negatip atau health care acquired)
Pada bronkopneumonia, tidak hanya alveolus yang terkena, tetapi juga bronkiolus.  Sehingga gambaran konsolidasi tidak homogeny dan menyebar berupa bercak – bercak.
3.       Tuberculosis
Disebabkan oleh inhalasi droplet yang mengandung M.tuberculosis.  Ada beberapa factor resiko infeksi MTB diantaranya : kontak dengan penderita Tb aktif, sosioekonomi rendah, imunosupresi dan nutrisi yang buruk.
·         TB primer
Pada TB primer yang memiliki respon imun yang buruk, terjadi konsolidasi paru oleh infiltrate sel radang sehingga akan tampak gambaran opaque yang menyebar dan gambaran air bronkogram
·         TB sekunder
Mulai terbentuk kavitasi – kavitasi (terutama di apeks) dan juga nekrosis.  Bagian yang menyembuh akan membentuk jaringan parut (fibrosis), gambarannya akan tampak sebagai suatu area opaque yang menarik organ – organ lain disekitarnya, terhadap diafragma ia membentuk gambaran seperti tenda.  Pada kejadian yang tidak menyembuh, terjadi kalsifikasi dan nekrosis yang lebih massive sehingga akan tampak adanya konsolidasi yang lebih jelas
4.       Emphysema
Kondisi dimana terdapanya udara di dalam rongga paru (alveolus terminal) sehingga akan tampak adanya hiperlusensi pada area tersebut.  Tingginya udara pada paru mengakibatkan penekanan terhadap costae sehingga diafragma tertekan ke bawah dan SIC menjadi lebar
5.       Asthma
Akan tampak adanya area air trapping saat serangan astma terjadi, namun bila diperiksa sesudah atau saat astma tidak kumat, maka tampakannya akan kembali  normal
6.       Collapse dan konsolidasi paru
Kolapse paru bisa diakibatkan oleh peningkatan tekanan terhadap paru.  Paru yang collapse memperlihatkan penurunan volum paru dan udara sehingga akan tampak gambaran opaque.  Sedangkan pada konsolidasi, terjadi penurunan volum udara tapi sebenernya volum parunya itu masih normal, gituu mamen..
Kolapse akan mengakibatkan organ pada area kontralateralnya mengalami deviasi ke arahnya sebab pada hakikatnya area yang tidak kolapse memiliki tekanan yang lebih besar.  Terutama kearah yang kolapse.
7.       Tumor
Seperti pada umumnya, tumor pada thorax akan tampak opaque karena merupakan masa padat
8.       Bronkiectasis
Pelebaran bronkus yang ireversibel terutama pada area basal sehingga menurunkan elastisitas dinding mengakibatkan hiperlusensi pada bagian basal tersebut.  Walaupun demikian, pemeriksaan yang paling tepat untuk kejadian ini ialah menggunakan CT – scan.
9.       Cairan pada pleura :

Terjadi akibat beberapa hal seperti peningkatan permeabilitas kapiler di sekitar pleura, peningkatan tekanan microvaskular, penurunan tekanan onkotik di dalam kapiler, penurunan drainase limfatik yang menyerap trans/eksudasi cairan di interstisial, dan defek pada diafragma.

·         Pleura akibat emphysema dan pneumothorax

Anda sedang membaca artikel tentang Pemeriksaan Thorax dan anda bisa menemukan artikel Pemeriksaan Thorax ini dengan url http://mantankoas.blogspot.com/2015/12/pemeriksaan-thorax.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Pemeriksaan Thorax ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Pemeriksaan Thorax sebagai sumbernya.

No comments:

Post a Comment