Pertama-tama,
kita musti tau klo, traktus respiratorius dibagi menjadi 2, yakni:
a.
Traktus
respiratorius atas, yang terdiri atas hidung, sinus, pharynx, larynx, glottis, dan trachea (yang
dimiringin artinya klo pada bayi, traktus tersebut masuk ke klasifikasi lower
respiratory tract)
b.
Traktus
respiratorius bawah, pokoknya mulai dari bronkus trus ke bawah, ampe alveoli.
Lengkapnya: bronkus principalis, bronkus lobaris, bronkus segmentalis,
bronkiolus terminalis, bronkiolus repiratorius, duktus alveolaris, saccus
alveolaris, dan alveoli.
Nah,
masing-masing traktus tersebut punya penyakit-penyakit tersendiri,yakni:
ü
Penyakit traktus
Respiratorius atas:
a)
Pharyngitis
Adalah proses inflamasi pada pharyng, hypopharynx,
uvula dan tonsil yang disebabkan karena
infeksi bakteri dan viral ataupun keduanya (terbanyak oleh virus). Perbedaan antara kedua jenis infeksi ini
sangat penting karena infeksi oleh Streptococcus group A beta-hemoliticus, yang
harus diobati oleh antibiotic yang tepat.
Infeksi Streptococcal mempunyai karakteristik invasi
local yang mengeluarkan toxin ekstracellular dan protease. Fragment M protein dari
serotype streptococcal tertentu mirip dengan antigen myocardial sarcolema yang
terkait dengan rheumatic fever dan kerusakan katup jantung. Sedangkan, Acut
glomerulonephritis dapat timbul akibat deposisi kompleks antibody-antigen
complex pada glomeruli.
Patofisiologinya: bakteri atau virus menginvasi mukosa
pharyngeal secara langsung à
local inflamatory response iritation by
Rhinovirus ® nasal secretion
Klo bakteri Streptococcal ® local invasion and complicate rheumatic fever or
glomerulonephritis.
Presentasi klinisnya:
Intinya sih bapaknya bilang pada bacterial
Pharingitis, gejala tampak lebih nyata (demam, sakit tenggorokan, dll), namun
rhinnorhea (meler..^^)nya lebih dikit dibandingkan dengan pharingitis karena
virus.
Treatment antibiotic untuk suspected streptococcal
pharyngitis : penicillins atau cephalosporin.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untreated streptococcal
pharyngitis dapat menyebabkan acute glomerulonephritis, abscess peritonsillar,
toxic shock syndrome, abscess orbital, ostoemyelitis frontal/maxilla, abscess, meningitis
dan abscess otak.
a)
Sinusitis
Adalah proses inflamasi yang
melibatkan sinus paranasal (maxillary, frontal, ethmoid and sphenoid). Hal ini
terjadi biasanya pada komplikasi bakteri pada infeksi traktus respiratorius
atas yang disebabkan karena virus.
b)
Epiglottitis
Adalah penyakit life-threatening yang banyak ditemukan
pada anak berumur 1-6 tahun, sering ditemukan pada musim gugur dan dingin.
Walaupun jarang, epiglottitis juga dapat mengenai orang dewasa. Epiglottitis
mempunyai risiko kematian yang tinggi karena: airway obstruction, septic
arthritis, meningitis, empyema, dan mediastinitis. Sejak penemuan imunisasi
HIB, insidensinya berkurang hingga 95% pada United State.
Patofisiologinya: epiglottis inflamed and edematous ® narrowed airway ®
dyspnea.
Treatment atau emergency
carenya meliputi: intubasi, cricothyroidotomy, atau ventilasi needle-jet. Hindari sedasi, inhalers, atau racemic
epinephrine.
c)
Laryngotracheitis
Biasanya penyakit ini
disebabkan oleh infeksi viral yang menyerang area subglottis dan trachea, whereas
the area above the vocal cords is spared. Klo anak dibawah umur 5 tahun
terkena infeksi ini, disebut Croup.
Patofisiologinya: inflamed
and edematous ®
narrowed airway (the subglottic area is the narrowest portion in child) ® inspiratory stridor.
Emmergency carenya meliputi: oxygenation, epinephrine 1:1000, dexamethason 0,6 mg/kg in
patient with moderate to severe croup.
d)
Common cold
Adalah sebuah manifestasi sindrom catarral yang
ringan, dan self limited. Sebagian kecilnya dipersulit dengan adanya
infeksi bacteria pada sinus paranasalis dan telinga tengah yang memerlukan
antibiotic. Perbedaaan common cold dengan influenza adalah
etiologi common cold disebabkan oleh berbagai virus, misalnya adenovirus,
rhinovirus, dll; sedangkan influenza hanya disebabkan oleh virus influenza,
yang gejalanya bisa lebih berat klo punya penyakit kronik sebelumnya, misalnya
bronchitis kronik.
Secara umum, alat diagnosis yang digunakan dapat
dilihat pada diagram berikut:
Tambahan:
v Chest X-ray, if clinically suspected lower respiratory
infection (Pneumonia)
v CT-Scan and MRI when complications or extension of
disease are suspected
v A lateral X-ray of the neck or indirect laryngoscopy
for diagnosis of Epiglottitis.
Konsultasi:
Ø Konsul pada ENT
spesialist jika terjadi toxic appearance, peritonsillar abscess,
retropharyngeal abscess.
Ø Konsul pada spesialis penyakit infeksi pada kasus
tidak biasa atau pada pasien immunocompromised.
Ø Konsul pada anestesiologist dan bedah THT atau umum
pada epiglottitis.
Ø Konsul pada spesialis THT pada fungal sinusitis,
chronic sinusitis.
Terapi
obat yang biasa digunakan adalah:
·
Penicillin G
benzathine.
-
Adult : < 27 kg : 600.000 u IM once ; >
27 Kg : 1,2 million u IM once
-
Pediatric neonatus > 12 kg : 50.000 u/kg IM once.
·
Penicillin V
- Adult : 500 mg po q6-8h for 10 days.
- Pediatric : 25-50 mg/Kg/PO divided
tid/gid not to exceed 3 g/d.
·
Amoxicillin –
clavulanat potasium
·
Erythromicin
(macrolide)
·
Azihromicin (macrolide)
·
Cefadroxil,
Cefuroxim, Ceftriaxon (golongan cephalosporin)
ü
Penyakit traktus
respiratorius bawah:
Sebenernya,
traktus respiratorius bawah kita mempunyai defense
mechanism, yakni:
Ø Sebagian besar (80%) sel
yang melapisis jalan napas sentral bersilia. Tiap sel yang bersilia mengandung
200 silia yang bergerak sekitar 1000 kali per menit. Pergerakan silia dan
cairan akhirnya dapat membuang agen infeksius.
Ø Alveoli dengan cairan di
dindingnya mengandung, fibronectin, imunoglobulin, alveolar ma crophages,
lymphocytes dan beberapa polymorphonuclear leukocytes yang dapat mengopsonisasi
atau melisiskan pathogen yang bermigrasi (dengan adanya komplemen) yang
tersimpan pada permukaan alveolar.
Ø Sneezing (bersin), reflex penutupan
glottis dan reflek batuk berperan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
Namun demikian, tetep aja yang namanya kuman masih bisa masuk, caranya
melalui:
v Aspirasi (“tersedak”)
organisme yang berasal dari oropharynx, resikonya meningkat pada orang yang
menderita gangguan kesadaran (alkoholik, pernah kejang, stroke, anestesi umum)
atau pada orang lanjut usia waktu doi lagi tidur
v Dysfungsi neurologi oropharinx,
swallowing disorder.
v Inhalasi partikel aerosol
infeksius à > 10um
deposited in the non and upper airways, particle < 3-5 um can deposited at
the lower airways and alveoli
v Penyebaran hematogenous dari
infeksi extrapulmonary, misalnya, kuman dari usus masuk ke paru-paru jadi
pneumonia, atau kuman dari tricuspid endokarditis
v Direct inoculation and contiguos spread, maksudnya penyebarannya langsung dan
meluas, misalnya dari spatium pleural atau mediastinal yang terinfeksi.
Manifestasi klinisnya bisa bermacam-macam:
a)
Manifestasi local
o
Cough (batuk) à chronic, paroxysmal, dry , productive
o
Excessive Nasal Secretion (rhinorrea)
o
Expectoration of Sputumà mucoid, purulent,
mucopurulent, rusty, hemoptysis
o
Painà pleuritic, intercostal, generalized chest pain
o
Dyspnea à shortness of
breath (sensasi sesak nafas, untuk meningkatkan upaya bernafas, atau memang
karena terjadi penyempitan saluran nafas (misal: bronchitis akut)
b)
Manifestasi sistemik
§ Hypoxemiaà
insufficient oxygenation of the blood
Tanda-tandanya:
cyanosis- bluish, grayish discoloration of skin & mucous membranes
§ Hypoxiaà
inadequate tissue oxygenation
§ Hypercapnia à
CO2 in arterial blood above normal limits
§ Hypocapnia à
CO2 in arterial blood below normal limits
§ Respiratory Failure
Berikut
adalah tahap-tahap penilaian system respirasi pasien:
o
Anamnesis:
ü Risk Factors à merokok, dll
ü Manifestasi klinis major:
§ batuk
§ Sputum production
§ Chest pain
§ Wheezing/mengi pada waktu
ekspirasi
§ Clubbing of the fingers,
yakni kuku cembung, maksudnya hilangnya sudut antara kulit dan kuku. Caranya
meriksa, kuku pasien suruh disatuin, trus liat, masih ada “jendela” yang
terbentuk gak, klo gak ada “jendelanya”, berarti clubbing finger.
§ Cyanosis
o
Pemeriksaan fisik
ü Inspeksià
postur, bentuk, pergerakan, dimensi dada (cekung/cembung), flared nostrils
(napas cuping hidung), penggunaan otot bantu pernapasan, warna kulit, dan rate, depth, & rhythm of respiration
ü Palpasià
respiratory excursion, masses, tenderness
ü Perkusià
flat (pekak), dull (redupà penanda konsolidasi/pemadatan paru), resonant (sonorà suara paru-paru normal), hyperresonant sounds (misal:
pada pneumothorax, emphysema)
ü Auskultasi
§ breath soundsà
bunyi napas (vesicular, bronchial,bronchovesikular, tracheal)
§ voice soundsà
bunyi suara, dikaji bila didapatkan bunyi napas bronchial. Penderita diminta untuk mengucapkan
kata-kata, trus kita observasià
broncophony (mengucapkan kata-kata lebih keras, lebih jelas), egofoni
(mengucapkan “ii” terdengar seperti “ay”), bisikan
pektoiloqui (membisikkan kata-kata lebih keras, lebih jelas)
cracklesà suara karena penyempitan saluran napas, bisa
lembut (fine crackleàrales) atau kasar (coarse crackleàronchi)
§ wheezes (mengi, coz penyempitan saluran napas bawah,
contohnya pada asma)
o
Prosedur
diagnosis







Nah,
skarang kita bahas penyakit saluran pernapasan bawah y :
a)
Bronchitis akut
Terutama disebabkan oleh virus. Kerusakan oleh virus, dapat menjadi factor
predisposisi invasi bakteri pada jalan napas, yang dapat membuat purulen
bronchitis. Hal ini juga dapat mengarah ke chronic airway obstruction yang
ditemukan pada chronic bronchitis.
Manifestasi klinis bronchitis akut adalah:
v Coryza atau gejala
pharyngitis yang diikuti oleh batuk persisten.
v Batuknya biasanya mula-mula kering,
namun lama-lama menjadi produktif mucoid atau muco purulent sputum dan
terkadang ditambah dengan darah pada periode yang pendek
v Brethlessness dan cyanosis pada
pasien yang memiliki co-exiting cardio pulmonary disease atau pneumonia
v Wheezing, coarse crackles
b)
Bronchiectasis
(-ectasis= pelebaran, klo
atelectasis=penyempitan)
Bronchiectasis adalah dilatasi abnormal dan permanent
dari proximal medium size bronchi,
yang diameternya lebih dari 2 mm in diameter, disebabkan oleh destruksi
komponen muscular elastic dari dinding bronchial. Hal ini dapat terjadi secara
congenital atau didapat.
Patogenesisnya liat pada skema berikut
Jadi, intinya penyebab bronciectasis ada 2, yaitu
infeksi dan non-infeksi, rinciannya:
§ Primary infection:
bacterial: klebsiella sp,
staphillococcus, M-TB, mycoplasma pneumoni
viral:measles,influenza,herpes
simplex,adenovirus,respiratory syncytial
virus.
mycobacterium
avium complex <MAC>
§ Bronchial obstruction
§ Cystic fibrosis
§ Young syndrome
§ Primary ciliare dyskinesia
§ Allergic bronchopulmonary aspergilosis
§ Immunodeficiency state
§ Congenital anatomic defect
§ Alpha-1 antitrypsine deficiency
§ Rheumatic disease
§ Traction bronchiectasis
Berdasarkan karakteristik anatominya, bronchiectasis
bisa dibagi menjadi 3, yaitu: (Reid, 1950)
·
Cylindrical
bronchiectases involves diffuse mucosal edema with resultant bronchi that are
dilated minimally but have straight, regular outline that end squarely and
abruptlyà mirip ama bronchitis kronis.
·
Cystic or saccular
bronchiectases has ulceration with bronchial neovascularization and a resultant
bolloned appearance that may have air fluid levelsà kayak sarang tawon
·
Varicose
bronchiectases has bulbous appearance with dilated bronchus and interspersed
site of relative constriction and potentially obstructive scarring.
Komplikasinya meliputi recurrent
pneumonia, empyema, pneumothorax, lung abscess. Hemoptysis, walupun sering
dijumpai, namun jarang menyebabkan kematian.
Kematian biasanya lebih disebabkan oleh gagal napas progesive atau cor
pulmonal, dibandingkan karena infeksi yang tak terkontrol.
Manifestasi klinisnya:
Ø Batuk persistent atau
recurrent cough dengan sputum purulen
Ø Hemoptysis pada sekitar
50-70% kasus. Disebabkan karena pendarahan dari mukosa jalan napas yang friable
dan mangalami inflamasi atau hypertrophic dari bronchial arteries.
Ø Bronchiectasis pada lobus
atas kadang-kadang asymtomatic atau
batuknya non produktif
Ø Dyspnea banyak terjadi pada
bronchiectasis yang telah menyebar atau pada pasien yang juga menderita COPD
Ø Batuk khronic yang
productive terlihat pada lebih dari 90%
pasien. Sputumnya mucoid tanpa rancid
odor, namun selama infeksi, sputum menjadi purulent dan dapat menimbulkan
offensive odor.
Ø Total daily sputum amount
has been used to characterized the severity of brochiectases: < 10ml : mild,
10-150ml : moderate, >150ml :severe bronchiectases
Ø Physical examination :
- Crackles, rhonchi and wheezes
- Clubbing finger
- Hipoxaemia
- Cor pulmonale (right
ventricular failure)
No comments:
Post a Comment