Kolesistitis adalah radang
kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu
disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.Dikenal
klasifikasi kolesistitis yaitu kolesistitis akut serta kronik.
Etiologi
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu.Adapun penyebab lainnya seperti kepekatan cairan empedu,kolesterol,lisolesitin dan progstaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis adalah stasis cairan empedu, infeksi kuman dan iskemia dinding kandung empedu.Adapun penyebab lainnya seperti kepekatan cairan empedu,kolesterol,lisolesitin dan progstaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Patogenesis
Umumnya kolesistitis sangat berhubungan dengan kolelithiasis. Kolesistitis dapat terjadi sebagai akibat dari jejas kimiawi oleh sumbatan batu empedu yang menjadi predisposisi terjadinya infeksi atau dapat pula terjadi karena adanya ketidakseimbangan komposisi empedu seperti tingginya kadar garam empedu atau asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya peradangan akibat jejas kimia.
Manifestasi Klinis
Umumnya kolesistitis sangat berhubungan dengan kolelithiasis. Kolesistitis dapat terjadi sebagai akibat dari jejas kimiawi oleh sumbatan batu empedu yang menjadi predisposisi terjadinya infeksi atau dapat pula terjadi karena adanya ketidakseimbangan komposisi empedu seperti tingginya kadar garam empedu atau asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya peradangan akibat jejas kimia.
Manifestasi Klinis
•
Kolesistitis akut:
Biasa terjadi pada wanita dengan
kegemukan dan diatas 40 tahun, namun tidak menutup kemungkinan semua golongan
untuk terkena penyakit ini.
Nyeri,
timbul larut malam atau pada dini hari, biasa pada abdomen kanan atas atau
epigastrium dan teralihkan ke bawah angulus scapula dexter, bahu kanan atau
yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina pectoris. Nyeri dapat berlangsung
30-60 menit tanpa peredaan, berbeda dengan spasme yang cuma berlangsung singkat
pada kolik bilier. Serangan dapat muncul setelah makan makanan besar atau
makanan berlemak larut malam atau tindakan sederhana seperti palpasi abdomen
atau menguap. Penderita berkeringat kadang dapat terbaring tidak bergerak dalam
posisi melekuk.
Fatulens dan mual biasa ditemukan, tetapi tak biasa muntah, kecuali bila pada ductus choledocus ada batu.
Fatulens dan mual biasa ditemukan, tetapi tak biasa muntah, kecuali bila pada ductus choledocus ada batu.
Selain itu,
bentuk nyeri yang dapat muncul adalah nyeri distensi karena kontraksi vesica
biliaris untuk atasi sumbatan duktus sistikus. Nyerinya terletak profunda,
sentral dan tidak ada rigiditas otot. Nyeri peritoneum superficialis terhadap
rasa tekan pada kulit, ada rigiditas otot, hiperestesia. Fundus vesica biliaris
dipersarafi oleh enam nervus intercostalis terakhir dan phrenicus, sehingga
rangsangan pada bagian anterior menimbulkan nyeri pada kuadran kanan atas dan
cabang kulit posterior menyebabkan nyeri infrascapula kanan yang khas. Nyeri
yang dialihkan ke punggung dan kuadran kanan atas berasal dari nervus spinalis
karena nervus ini meluas jarak singkat ke mesenterium dan ligamentum
hepatogastricum sekeliling dutus bilifer. Sebagai
tanda adanya inflamasi biasanya ada demam dan peningkatan hitung sel darah
putih.
•
Kolesistitis kronik
Manifestasi klinisnya antara
lain adanya serangan berulang namun tidak mencolok. Mual, muntah dan tidak
tahan makanan berlemak.
Pemeriksaan
fisis dan penunjang
•
Pemeriksaan ultra sonografi(USG)
Pemeriksaan ini sebaiknya
dikerjakan secara rutin dan sangat bermanfaat untuk memperlihatkan besar,
bentuk, penebalan dinding kandung empedu, batu dan saluran empedu extra
hepatic.Nilai kepekaan dan ketepatan USG mencapai 90% - 95%.
Penatalaksanaan
1.Konservatif pada keadaan akut:
1.Konservatif pada keadaan akut:
a)
bila penyakit berat, pasien perlu dirawat dan diberi cairan infuse
b)
istirahat baring
c)
puasa, pasang pipa nasogastrik
d)
analgesik, antibiotic
2.
bila gagal dengan pengobatan konservatif atau terdapat toksemia yang progresif,
perlu dilakukan kolesistektomi. Hal ini perlu untuk mencegah komplikasi.
Sebaiknya kolesistektomi dikerjakan pula pada serangan yang berulang- ulang.
No comments:
Post a Comment